Sabtu, 10 Oktober 2015

Putri Indonesia di Perkosa

Artika Sari Devi tengah bersiap untuk pergi. Hari ini adalah jadwal keberangkatannya ke Timika, Papua. Sebagai Putri Indonesia dia memang diharuskan mematuhi kontrak yang sudah dia tanda tangani bahkan jika itu harus pergi ke daerah daerah yang terpencil. Kunjungannya kali ini merupakan kunjungan pertamanya ke Papua. Ditemani manajernya dan beberapa wartawan, Artika berangkat ke Papua.

Setibanya di bandara Timika, Artika sedikit heran dengan sambutan yang diterimanya. Secara protokoler memang tidak ada masalah, tapi dia melihat sesuatu yang ganjil. Pengawalan dari pihak TNI dan Polisi terlihat lebih ketat dari biasanya.


?Apa yang terjadi ?? Artika bertanya pada manajernya, seorang perempuan yang usianya sepuluh tahun lebih tua darinya.

?Aku tak tahu,? Bertha, manajernya menggeleng. ?Tunggu di sini.? Sambungnya. Dia lalu bergegas mendekati kepala penyambutan. Dari dialah Artika kemudian tahu kalau akhir-akhir ini gerakan separatis OPM makin mengganas meresahkan masyarakat Papua. Tapi Artika tidak mengkhawatirkan hal itu. Dia berusaha bersikap profesional. Dan Artika sendiri selama beberapa hari tidak merasakan adanya gangguan yang membahayakan rombongannya. Dia bahkan mulai jatuh cinta dengan tanah Papua yang masih segar.

Pagi hari Artika terlihat berada di antechamber auberge Sheraton Timika tempatnya menginap. Dia memakai baju lengan pendek putih dari bahan glassy dipadu dengan celana Jeans dan sepatu sneaker putih. Rambutnya yang panjang agak bergelombang diikat ekor kuda. Dari wajahnya terlihat Artika sedang menunggu seseorang. Dan ketika dia melihat Bertha, manajernya datang dari arah pintu masuk utama, wajahnya langsung berubah cerah.

Artika bergegas menyongsong Bertha. Langkahnya terlihat sedikit tergesa-gesa.

?Bagaimana Kak?? Artika bertanya dengan aught tidak sabar. ?Kita boleh pergi ??

Bertha dengan sedikit terengah mangangkat tangannya memegang pundak Artika .

?Sepertinya tidak boleh,? jawab Bertha dengan tersengal. Artika sontak menampakkan wajah kecewa.

?Kenapa?? tanya Artika singkat sambil menatap wajah Bertha meminta kejelasan.

?OPM diperkirakan menyerbu daerah-daerah strategi, bahaya kalau kita memaksakan diri,? jawab Bertha singkat tapi padat. Tapi jelas jawaban itu tidak memuaskan Artika . Artika diam saja lalu membalikkan badan dan kembali ke kamarnya.

Di dalam kamarnya Artika berpikir keras bagaimana caranya bisa pergi ke tempat yang sudah dia rencanakan sejak pertama kali menginjakkan kakinya di Papua. Akhirnya Artika menyelinap secara diam-diam keluar dari hotel. Dia lalu bertanya pada penduduk lokal bagaimana caranya supaya bisa pergi ke Baliem. Lewat salah satu penduduk di sekitar auberge Artika berhasil menemukan orang yang bisa mengantarnya. Maka tanpa sepengetahuan siapapun, Artika ditemani oleh seorang pemandu menggunakan mobil sewaan pergi ke Baliem.

Artika senang sekali akhirnya bisa pergi sesuai dengan rencana. Mungkin Bertha akan marah mengetahui dia pergi tanpa pamit, tapi Artika sudah punya rencana untuk menghubungi Bertha melalui ponselnya. Sepanjang perjalanan Artika terlihat begitu menikmati pemandangan alam Papua yang masih bersih, beda sekali dengan Jakarta yang banyak polusi. Di luar dugaan, pemandu yang merangkap sopir perjalanannya, seorang pemuda Papua asli bernama Tinus mengenalinya.

?Dari backbone kamu mengenali aku?? tanya Artika senang. Tinus tersenyum mendengar pertanyaan aneh Artika .

?Kami memang tinggal di Papua, tapi kami tidak buta informasi,? jawab Tinus diplomatis. Seketika Artika merasa malu telah meremehkan pengetahuan orang Papua. Tapi Artika pintar mengubah arah pembicaraan, maka dia tidak lagi merasa bersalah pada Tinus. Dan sepanjang perjalanan keduanya terlibat berbagai pembicaraan.

Di tengah keasyikannya menikmati perjalanan tiba-tiba Tinus menghentikan mobilnya secara mendadak.

?Ada apa ni Tinus?? Artika terkejut saat mobilnya berhenti mendadak. Tinus diam saja, wajahnya terlihat menegang. Tatapannya tejam menatap ke arah luar. Dalam keadaan panik Artika berusaha menghubungi Bertha melalui ponsel tapi dia berada di daerah tanpa sinyal, Ponsel tidak ada lagi gunanya di tempat itu.

Artika maju mendekati Tinus yang terdiam. Dia melihat ada sebatang pohon besar yang tumbang melintang di tengah jalan.

?Ada apa ini…? Artika tidak sempat meneruskan ucapannya ketika dia melihat beberapa orang Papua berseragam militer dengan membawa persenjataan lengkap muncul dari balik pepohonan. Rata-rata bertampang seram dengan rambut dan jenggot tak terawat. Dan orang orang itu serentak mengepung mobil Artika .

?Tinus..? Artika mulai dihinggapi rasa takut. ?Siapa Mereka…..?

?OPM,? Tinus menjawab singkat. Tinus membuka pintu mobilnya lalu segera melompat keluar dari mobil dan kabur meninggalkan Artika sendirian. Artika kebingungan ditinggal sendiri di mobil. Nalurinya segara mengatakan kalau dia harus menginggalkan tempat itu. Artika lalu berusaha membuka pintu mobilnya, tapi usahanya sia-sia. Beberapa anggota OPM lebih cepat mengepungnya. Salah satu dari mereka yang berbadan tegap dan hitam dengan badan penuh bulu menarik Artika keluar dari mobil. Lalu Artika didorong sampai tersungkur jatuh.

Artika berusaha bangkit dan melawan tapi apa dayanya melawan puluhan pria berbadan besar seperti mereka. Satu pukulan di perut Artika menghentikan usahanya. Artika terduduk dan meringis menahan sakit. Perutnya seperti mau pecah. Matanya berkunang-kunang, air matanya mulai meleleh membasahi pipinya yang putih mulus, karena takut dan sakit.

Orang Papua yang tadi menariknya keluar dari mobil tersenyum buas memandangi wajah dan seluruh tubuh Artika .

?Cantik sekali perempuan ini…? katanya dengan tatapan mata liar. Dia menoleh ke salah satu anak buahnya yang juga tidak kalah sangar. Mereka berbicara dalam bahasa daerah Papua yang sama sekali tidak dipahami Artika . Artika hanya bisa memandangi mereka dengan tatapan mata ketakutan.

?Tolong jangan sakiti saya, jangan sakiti saya,? Artika menangis ketakutan. Pria Papua tadi justru tertawa.

?Kawanku ini bilang kalau kamu adalah Artika Sari Devi si Putri Indonesia itu, benarkah itu?? tanyanya dengan logat Papua yang khas. Artika mengangguk.

?Saya Artika, tolong jangan sakiti saya,? ujar Artika terbata-bata di sela tangisnya.

?Bagus,? Pria Papua itu tersenyum. ?Kalau begitu pimpinan kami ingin bertemu denganmu.?

Pria Papua itu lalu memberi perintah untuk mengikat tangan Artika dan menutup matanya. Kemudian secara paksa Artika dinaikkan ke dalam mobilnya sendiri lalu pergi entah ke mana. Artika merasa ini adalah akhir dari hidupnya. Dia menyesal tidak mengikuti saran Bertha. Tapi penyesalan selalu datang terlambat. Karena kalut memikirkan nasib yang akan dialaminya, Artika akhirnya pingsan.

Artika baru sadar setelah badannya ditiup hembusan angin dingin yang terasa membekukan. Sontak Artika gelagapan dan kebingungan. Dia melihat di sekelilingnya. Dia berada di dalam sebuah ruangan yang lembab berukuran sedang, sekitar 3 kali 3 meter, dindingnya terbuat dari kayu masif, sedangkan lantainya terbuat dari papan kayu tebal dilapisi sejenis bulu binatang. Bau kain tua segera tercium di hidung Artika . Dia kemudian menyadari kalau dirinya terbaring di atas sebuah ranjang kayu kasar yang dilapisi kasur usang berupa lapisan-lapisan kain tua yang disusun secara rapi. Ranjang berukuran bifold itu terletak di tengah ruangan, berhimpitan dengan dinding. Tepat di atas ranjang terdapat sebuah jendela besar berteralis baja tanpa daun jendela, hanya ditutupi tirai usang yang terbuka sampai setengahnya, membuat cahaya matahari yang mulai tenggelam leluasa masuk. Sebuah meja dan kursi sederhana yang juga terbuat dari kayu masif terletak di sudut kiri ruangan.

Kebingungan Artika terbuyarkan oleh suara derit pintu kayu berat yang terbuka ke arah dalam. Artika serentak menoleh ke arah pintu yang tepat berada di depannya. Dilihatnya sesosok pria Papua bertubuh tinggi besar memasuki ruangan. Wajahnya jauh lebih menyeramkan daripada pria yang menculiknya. Rambutnya gimbal seperti tidak terawat, begitu juga kumis dan jenggotnya. Pria itu hanya memakai celana panjang militer dan sepatu cossack tentara dengan pistol terselip di pinggangnya.

Pria itu mendekati Artika dan menatapnya dengan tatapan liar. Artika merasa seolah tatapan itu siap menelannya hidup-hidup.

?Benar-benar perempuan yang cantik. ?Pria itu berujar dengan suara berat. ?Benarkah kamu Putri Indonesia itu?? tanyanya datar. Artika hanya bisa mengangguk.

?Namaku Tiber Wewengko, aku adalah pemimpin tertinggi di sini,?katanya memperkenalkan diri. Artika tidak mempedulikan ucapan pria bernama Wewengko itu.

?Kenapa kamu menculik saya?? Artika memberanikan diri bicara meskipun diiringi dengan isak tangis. Wewengko tersenyum, dingin.

?Tidak ada, ?jawabnya pendek. Wewengko mendekati Artika, Artika langsung beranjak mundur tapi Wewengko memojokkan dia sampai merapat ke dinding. Wajahnya berada sangat dekat dengan wajah Artika .

?Nona benar-benar sangat cantik.? kata Wewengko. ?Sudah absolutist saya ingin bertemu dengan Nona, apalagi sejak saya tahu kalau Nona akan ke Papua. Artika tercekat mendengar ucapan Wewengko. Artinya Wewengko tidak buta informasi.

?Dan Nona tahu, sudah absolutist sekali saya tidak merasakan kehangatan wanita, apalagi yang secantik Nona, apakah Nona mau jadi istri saya?? tanya Wewengko. Artika langsung lemas mendengar ucapan itu. Dirinya tidak dapat membayangkan akan diperkosa oleh pria Papua seperti Wewengko. Dia bergidik ngeri membayangkan bila Wewengko menggagahinya.

?Jangan mimpi!? Artika secara tidak sadar meludah saking jijiknya.

?Hmm.. begitu rupanya,? Wewengko menatap ludah yang dikeluarkan Artika .

?Sebaiknya Nona tidak berbuat begitu, sekarang ini nasib Nona sapenuhnya ada di tangan saya, dan tidak ada satupun orang yang bisa mengeluarkan Nona dari tempat ini.? Kata Wewengko dengan dingin. Ucapan itu bagaikan palu godam yang merontokkan keberanian Artika sepenuhnya. Artika sadar dirinya telah sepenuhnya dikuasai oleh gerombolan OPM.

Sayup-sayup dri arah luar terdengar suara-suara gaduh seperti nyanyian tradisional Papua.

?Nona dengar itu?? kata Wewengko. ?Mereka mengadakan pesta. Dan sebelum pesta itu selesai saya akan pastikan Nona akan menjadi istri saya.?

Wewengko lalu meninggalkan Artika sendirian. Artika hanya bisa menangis menyesali diri. Dia hanya tesimpuh di lantai, sementara angin dingin Papua terus menerus meniup tubuhnya melalui jendela. Artika menggigil kedinginan, sepertinya Wewengko memang sengaja membiarkannya kedinginan seperti itu sampai malam.

Kesunyian terpecahkan saat tiba-tiba suasana kamr menjadi terang-benderang. Cahaya lampu besar yang ada di atas kamar menerangi seisi ruangan. Rupanya meskipun di tengah hutan, Wewengko memiliki peralatan yang cukup modern. Artika mengejapkan matanya membiasakan cahaya masuk ke matanya. Sesaat kemudian Wewengko datang memasuki kamar membawa makanan dan minuman. Yang mambuat Artika ngeri, Wewengko masuk hanya dengan mengenakan koteka di kemaluannya tanpa selembarpun benang menutupi tubuhnya. Lalu Wewengko menyodorkan makanan dan minuman itu.

?Ini minuman tradisional Papua,? kata Wewengko datar. Artika melengos mengetahui card yang disajikan berupa daging babi dan arak.

Semula Artika menolak makanan dan minuman itu, tapi Wewengko memaksanya untuk makan dan minum dan Artika tidak dapat menolak.

Dan Wewengkopun mulai melancarkan aksinya, dia berusaha memeluk Artika dari belakang sambil menciumi puncak Artika. Artika meronta dan menjauhi Wewengko.

?Jangan sentuh aku *******..!? Artika berteriak. Tapi Wewengko yang berbadan tegap langsung mendekapnya dan mulai menelusuri wajah dan leher Artika dengan buas. Artika mencoba meronta dan berusaha untuk tetap sadar tapi sentuhan demi sentuhan Wewengko membuatnya terhanyut. Tanpa sadar Artika mulai mendesah merasakan kenikmatan sentuhan Wewengko. Wewengko makin buas. Dengan paksa dirobeknya baju Artika dan dibuangnya baju itu sehingga sekarang tubuh bagian atas Artika hanya ditutupi oleh BH berwarna putih transparan. Payudaranya yang putih mulus terlihat mencuat menantang. Wewengko menelipkan tangannya yang besar ke dalam mangkuk BH Artika dan mulai meremas-remas payudara Artika. Artika merasakan sebuah sensasi yang sangat hebat melanda tubuhnya, sesuatu yang belum pernah dia alami sebelumnya.

Wewengko makin buas, dia segera merobek BH Artika sehingga payudara Artika yang mulus dan montok itu sekarang telanjang. Bentuknya sangat bagus dan masih kenyal dengan puting susu yang merah segar. Tidak sabar Wewengko mulai meremas-remas dan menjilati payudara Artika , lalu bibir Wewengko berganti-ganti melumat dan mengulum puting susu Artika . Artika mengejang mendapat perlakuan itu. Kesadarannya mulai hilang, dirinya sekarang sudah dikuasai oleh dorongan seks yang makin kuat, karena itu dia diam saja saat Wewengko mulai melepas celana Jeansnya. Maka di hadapan Wewengko sekarang tampak sepasang paha yang panjang dan mulus yang berakhir pada celana dalam putih berenda. Lalu dengan kasar Wewengko menarik celana dalam Artika sampai lepas. Dan Artika sekarang benar-benar sempurna telanjang bulat de depan Wewengko. Wewengko memandangi kemulusan tubuh telanjang Artika dengan takjub.

?Ohh.. tidak saya sangka ternyata Nona lebih cantik jika ditelanjangi seperti ini, ? kata Wewengko dangan deru nafas memburu. Lalu Wewengko mulai menelusuri sekujur tubuh telanjang Artika dengan bibir dan tangannya. Bibir Artika yang merah segar tidak henti-hentinya dilumat oleh Wewengko sementara tangan Wewengko tidak berhenti menggerayangi dan meremas payudara Artika. Artika hanya bisa pasrah dikerjai oleh Wewengko. Wewengko lalu menjilati bagian perut Artika yang rata dan licin. Kemudian dia membuka paha Artika lebar-lebar hingga terkuaklah liang vagina Artika yang licin tak berbulu. Rupanya Artika secara rutin selelu mencukur rumbut kemaluannya.

Wewengko perlahan mendekatkan wajahnya pada vagina Artika , lalu dengan menggunakan bibir dan lidahnya Wewengko mulai menjliati vagina Artika . Dan jari-jari tangan Wewengko perlahan mulai mengorek-korek vagina Artika . Artika langsung mengejang ketika vaginanya dikerjai oleh Wewengko. Dirangsang sedemikian rupa membuat pertahanan Artika akhirnya runtuh apalagi ditambah pengaruh minuman tradisional yang tadi diminumnya.

?Oohhh… aahhh… oohhhh …. aahssss… ehhsss…? Tanpa sadar Artika mulai mendesah merasakan kenikmatan yang baru pertama kali dia rasakan. Wewengko mengetahui Artika mulai terangsang makin buas menggeluti tubuh yang putih mulus itu. Dia mengangkangkan kaki Artika dan membenamkan wajahnya ke vagina Artika . Bibir dan lidahnya terus-menerus mengorek liang kemaluan Artika, sementara tangannya yang kekar dan berbulu meremas-remas payudara mulus Artika. Tak tahan lagi Artika akhirnya mengalami orgasme, tubuhnya mengejang sesaat sebelum akhirnya melemas lagi, dari vaginanya mengucur cairan bening kewanitaan. Wewengko segera menelan cairan vagina Artika dengan buas sambil menjilati sekitar kemaluan Artika karena berdasarkan keyakinan orang Papua, keperkasaan pria akan bertambah jika dia bisa meminum cairan vagina dari perempuan yang akan dia setubuhi.

Artika terbaring terengah-engah di ranjang, dia baru saja mengalami orgasme yang luar biasa, tubuhnya yang putih mulus sampai berkeringat padahal udara teramat dingin. Wewengko mamandangi tubuh yang mulus itu dengan tatapan buas, matanya menatap ke arah payudara Artika yang naik turun, begitu putih mulus. Dia lalu mendekati Artika dan mambimbingnya untuk duduk. Perlahan dia malepaskan koteka yang dia pakai dan seketika penisnya yang hitam dan berukuran besar mencuat di depan wajah Artika. Artika yang dalam keadaan terangsang hanya memandangi penis itu. Penis itu berukuran besar, panjangnya mungkin sekitar 20 senti dengan bore empat atau lima senti. Wewengko lalu menyodorkan penisnya ke bibir Artika.

?Sekarang Nona emut punya saya ya.. ? perintah Wewengko pada Artika. Artika yang sudah dikuasai nafsu birahi menuruti perintah Wewengko, segera dia mengulum penis itu, tapi karena belum berpengalaman, Artika hanya mengulum penis itu. Wewengko jengkel dengan tindakan Artika. Dia menarik rambut Artika.

?Wanita cantik tapi tolol, seperti ini tahu..? Wewengko menggoyangkan kepala Artika maju mundur dengan demikian penis di dalam mulut Artika terkocok dengan sendirinya oleh bibir Artika sampai akhirnya Artika mulai terbiasa, dia menggerakkan kepalanya maju mundur untuk mengocok penis Wewengko dengan bibirnya. Wewengko memejamkan mata merasakan kenikmatan kuluman bibir Artika yang mungil itu sementara tangan kekarnya juga sibuk meremas-remas payudara Artika dan memilin-milin puting payudara Artika membuat Artika kembali terangsang.

Sekitar 15 menit lamanya Artika mengulum penis Wewengko sampai akhirnya Wewengko mengejang. Dia menarik Wajah Artika dan membenamkan wajah cantik itu ke dalam selangkangannya. Diiringi teriakan penuh kenikmatan Wewengko menyemburkan spermanya ke dalam mulut Artika. Artika merasakan cairan hangat dan kental memenuhi mulutnya dan mengalir ke dalam kerongkongannya. Oleh Wewengko, Artika dipaksa menelan Sperma itu.

?Ayo telan sperma saya Nona.. telan..? perintah Wewengko. Artika yang masih mengulum penis Wewengko hanya bisa melirik pasrah.

?Glk.. glk.. glk…? Artika akhirnya menelan seluruh sperma Wewengko. Wewengko tertawa puas. Dalam kepercayaan Papua, jika seorang wanita sudah menelan sperma sorang pria yang menyetubuhinya maka dia tidak akan bisa lepas dari pria itu selamanya.

Wewngko membiarkan saja ketika Artika melepaskan kulumannya. Artika lalu dibaringkan terlentang di ranjang. Dipandanginya tubuh telanjang gadis yang ayu itu.

?Nah Nona Artika .. sekarang ini sesuai yang saya janjikan, Nona Artika telah jadi istri saya karena Nona Artika telah menelan sperma saya. Itu berarti Nona selamanya tidak bisa melepaskan diri dari saya.? Kata Wewengko.

Artika hanya bisa menangis mendapatkan dirinya yang telanjang bulat bersama seorang pria yang siap untuk menyetubuhinya. Perlahan Wewengko mulai menarik paha Artika yang putih mulus dan panjang sampai mengangkang lalu Wewengko mulai mengarahkan penisnya yang besar ke dalam liang kemaluan Artika. Artika mengerang sesaat ketika penis Wewengko menerobos liang vaginanya. Artika menangis tersedu, keperawanannya yang dia jaga selama bertahun-tahun direnggut secara paksa oleh pria cheat seperti Wewengko. Wewengo yang melihat Artika menangis bukannya iba malah merasa senang. Didorongnya penisnya sampai amblas ke dalam vagina Artika.

?Ehkkhh.. ahhhh…? Artika mengerang kesakitan, vaginanya yang masih perawan terlalu sempit bagi penis Wewengko yang besar, tapi secara kasar Wewengko terus mendesakkan penisnya dalam-dalam lalu dipaksakannya penis itu memompa vagina Artika. Artika merintih setiap kali penis Wewengko menggenjot vaginanya tapi lama-lama penis itu makin lancar memompa vagina Artika. Wewengkopun makin bersemangat menggenjotkan penisnya. Tubuh Artika yang telanjang sampai tersentak-sentak setiap kali Wewengko menggenjot vaginanya. Sambil terus menyetubuhi Artika , Wewengko juga melumat bibir Artika dengan buas. Artika yang tidak berdaya diperkosa seperti itu akhirnya ikut terhanyut dalam dorongan seksual yang sedari tadi memang sudah menggelegak, akhirnya erangan Artika mulai teratur seirama dengan gerakan penis Wewengko di dalam vaginanya.

Setelah sekitar limabelas menit, Wewengko secara tiba-tiba bangkit sambil tetap mendekap tubuh bugil Artika . Dipaksanya Artika duduk berhadap-hadapan dengannya. Ditatapnya wajah Artika yang cantik itu, wajah itu terlihat sangat memelaskan tapi tidak membuat Wewengko merasa iba, dia justru merasa kenikmatannya bertambah bila melihat Artika tersiksa.

?Sekarang Nona Artika yang goyang ya.. seperti kalau Nona Artika menari di panggung,? kata Wewengko. Artika hanya bisa mengangguk, lalu mulai menggerakkan pantatnya maju mundur sambil melingkarkan kaki mulusnya ke pinggang Wewengko. Wewengko mengimbanginya dengan mencengkeram pantat Artika dan mendorong pantatnya maju mundur. Sementara bibirnya sibuk menyusu pada payudara Artika sambil sesekali mengulum dan menjilati puting payudara Artika.

Diperkosa sedemikian rupa akhirnya pertahanan Artika jebol juga. Dengan rintihan panjang, Artika merasakan sensasi kuat menjalari sekujur tubuhnya. Tubuhnya menegang dan melengkung ke belakang, tangannya dengan kuat mencengkeram punggung Wewengko. Vaginanya berdenyut kuat sekali seperti meremas penis Wewengko.

?Aahhhhhhkkkhhhhh…. Oohhhhhhh….? Artika mengejang dan merintih keras, orgasmenya meledak menghantam seluruh syaraf kenikmatan seksualnya. Sesaat kemudian tubuhnya melemas kembali dan tergolek di ranjang. Nafasnya memburu membuat payudaranya naik turun. Wewengko melihat ada darah yang mengalir dari vagina Artika. Itu adalah darah keperawanan Artika yang direnggutnya. Dan Wewengko merasa kenikmatannya makin bertambah mengetahui wanita cantik yang disetubuhinya benar-benar seorang perawan. Tapi Wewengko segera menarik tubuh mulus itu dan mendekapnya erat-erat.

?Jangan buru-buru Nona Artika, saya belum selesai, ? kata Wewengko sambil tertawa. Dia lalu membalikkan tubuh Artika yang putih dan mengkilat kerena keringat lalu memaksanya menungging. Kedua kaki Artika dipaksanya mengangkang.

?Sekarang saya mau coba gaya ****** pada Nona Artika, ?kata Wewengko datar. Artika menggelengkan kepalanya.

?Jangan Tuan.., ? Artika kembali menangis. ?Saya tidak kuat lagi, ampuni saya Tuan, jangan setubuhi saya lagi…?

?Ah.. diam!? Wewengko membentak. ?Dasar pelacur, dimana-mana sama, bilang tidak mau tapi orgasme juga.?

Wewengko menarik paha Artika dengan kasar, lalu kembali penisnya didesakkan ke dalam vagina Artika, kemudian pantatnya digoyangkan maju mundur. Sembil menggenjot vagina Artika, Wewengko juga meremas-remas payudara Artika yang tergantung begitu bebas dan bergoyang seirama goyangan pantatnya. Artika mendesah-desah setiap kali vaginanya digenjot.

?Ayo.. teruss.. terus Nona… terusss…? Wewengko makin kuat menggenjot vagina Artika dengan penisnya, badan Artika sampai tersentak-sentak setiap kali vaginanya digenjot.

?Akhhh.. ahhh… ohhh… shitt… shittt…? Artika mulai meracau karena merasakan gelombang birahinya meledak dan akhirnya kembali Artika mengalami orgasme meskipun tidak sehebat sebelumnya, kembali vaginanya berdenyut kencang. Tapi Wewengko tetap belum juga selesai, kali ini dibalikkannya tubuh Artika hingga terlentang, lalu kedua paha Artika diangkat dan disampirkannya ke bahunya kemudian kembali digenjotnya vagina Artika dengan penisnya sambil memegangi pantat Artika karana khawatir Artika akan melepaskan penis itu dari vaginanya. Kali ini Artika sudah tidak berdaya lagi, dia hanya bisa merintih setiap kali digenjot, payudaranya yang putih mulus bergoyang seirama genjotan Wewengko. Air mata Artika seolah sudah kering untuk menangis, Artika hanya bisa menggigit bibirnya merasakan penderitaan sekaligus kenikmatan yang dia alami sampai akhirnya dia mengalami orgasme untuk kali ketiga, barulah setelah Artika tiga kali orgasme Wewengko menyudahi pemerkosaannya pada Artika . Diiringi erangan dahsyat Wewengko menyemburkan spermanya di dalam vagina Artika.

Artika merasakan dunianya sudah hancur, dirinya sudah tidak ada harganya lagi setelah diperkosa oleh Wewengko. Putri Indonesia itu sekarang merasa tidak berbeda dengan seorang pelacur. Artikapun kembali menangis tersedu-sedu mengingat penderitaan yang dia alami. Tapi Wewengko tidak peduli pada nasib Artika. Seorang Artika baginya tidak beda dengan wanita-wanita lain yaitu sebagai pemuas nafu seksualnya. Sampai pagi Wewengko terus menerus menyetubuhi Artika. Tidak kuat menahan penderitaan, Artika akhirnya pingsan.

Artika baru tersadar setelah matahari sudah tinggi, Dia berusaha bangun tapi sekujur badannya serasa sakit seperti habis dipukuli. Sisa-sisa sperma masih berceceran di sekitarnya, sebagian yang masuk ke dalam rahimnya meleleh keluar dan mengering. Artika merasakan kemaluannya sakit sekali, perutnya juga terasa nyeri. Lalu dengan tertatih-tatih Artika berusaha meraih pakaiannya. Tapi dia tidak menemukan pakaiannya di ruangan itu, pasti Wewengko telah mengambilnya. Artika kemudian meraih kain usang di ranjang untuk menutupi tubuhnya lalu berusaha untuk berjalan. Belum lagi dia mencapai pintu, tiba-tiba pintu terbuka dengan lebar. Seorang wanita Papua yang juga bertampang bengis masuk dan mendekati Artika. Artika mundur mencoba menghindar tapi wanita Papua itu mencengkeram pergelangan tangan kanannya dengan kuat. Artika mencoba meronta tapi wanita Papua itu lebih kuat, dipelintirnya tangan Artika ke belakang.

?Diam Nona.? Wanita itu berbisik ke telinga Artika. ?Saya hanya mau menyuruhmu mandi biar bersih..? katanya. Artika yang tidak berdaya menurut saat digelandang ke luar rumah menuju ke sebuah kamar mandi terbuka yang berdekatan dengan punggungan bukit, penutupnya hanya sebatas leher, terbuat dari potongan bambu dan anyaman daun, sebuah pancuran kecil dari bambu terdapat di situ, airnya yang berasal dari atas bukit jernih dan dingin. Wanita Papua itu lalu menelanjangi Artika dan menyuruh Artika berlutut kemudian dia mengguyur tubuh Artika dengan air, sejenak Artika merasa kedinginan sampai menggigil tapi absolutist absolutist Artika mulai terbiasa.

Selesai mandi, Artika kembali dibawa ke dalam rumah. Perempuan Papua itu melemparkan sesuatu pada Artika.

?Ini pakaian yang harus kamu pakai…? katanya sambil tersenyum jahat. Artika memandangi barang yang dilemparkan oleh wanita Papua itu, pakaian yang dimaksud oleh wanita Papua itu hanya berupa potongan-potongan bahan semacam kulit binatang. Artika terdiam dan menangis memandangi ?pakaian? itu. Dia merasa sedang mengalami pelecehan seksual yang sangat besar.

?Dasar tolol, ? wanita Papua itu marah dan menampar wajah Artika. Tidak terlalu keras, tapi cukup untuk membuat Artika menjerit. Dia segera menarik kain yang menutupi tubuh Artika lalu memaksa Artika memakai pakaian yang dia maksudkan.

?Pakai!? bentaknya. Artika hanya terduduk sambil terus menangis. Kesal karena tidak mendapat tanggapan akhirnya wanita Papua itu memakaikan pakaian yang diberikannya pada tubuh Artika. Sebuah pakaian yang lebih mirip bikini dari kulit hewan. Hanya terdiri dari selembar kecil penutup dada yang sama sekali tidak memadai untuk menutupi payudara Artika sehingga sebagian payudara Artika yang putih mulus menonjol telanjang sementara bagian bawahnya lebih mirip g-string yang terbuat dari kulit hewan yang hanya bisa menutupi kemaluan Artika sementara pantat Artika yang bulat padat dan putih mulus terlihat telanjang. Pahanya yang jenjang dan begitu mulus serta bagian perutnya yang juga putih mulus tidak tertutup apapun sehingga bisa bebas dinikmati oleh siapapun.

?Sekarang Tuan Wewengko ingin bertemu kamu,? kata wanita Papua itu. ?Ayo Ikut.? Katanya sambil menarik tangan Artika. Artika mencoba bertahan tapi sekali lagi wanita Papua itu memelintir tangan Artika dan memukul perut Artika. Artika langsung terbungkuk dan berlutut sambil memegangi perutnya yang nyeri.

?Ampun, jangan sakiti saya .. ? Artika merintih sambil menahan sakit, air matanya makin deras mengalir.

?Makanya turuti perintahku!? bentak wanita Papua itu. Artika hanya bisa mengangguk lalu berdiri. Dengan langkah ragu Artika mulai berjalan, sementara wanita Papua yang galak itu mengikuti dari belakang sambil sesekali mendorong Artika jika berjalan sedikit lambat.

Artika dibawanya sampai ke sebuah ruangan besar yang berada di bagian belakang rumah, Ruangan itu cukup besar, tapi terkesan kosong. Hanya ada sebuah meja makan berukuran sekitar dua kali tiga beat dilengkapi enam kursi yang mengelilinginya, meja dan kursi itu juga terbuat dari kayu masif yang dihaluskan. Di atasnya terdapat banyak sekali makanan, yang batten menarik perhatian adalah seekor babi panggang berukuran besar di tengah meja. Di kursi batten ujung dari tempat Artika berdiri terlihat Wewengko duduk sambil makan sesuatu. Begitu melihat Artika berjalan mendekat Wewengko langsung berhenti, dia melotot melihat Artika yang berdiri nyaris telanjang tidak jauh darinya, dipandanginya kemulusan tubuh Artika dengan seksama, matanya menatap cheat pada daerah payudara dan vagina Artika.

?ck.. ck.. ck…? Wewengko berdecak kagum memandangi tubuh setengah telanjang Artika yang nyaris sempurna. Artika menunduk malu dipandangi seperti itu, tanpa sadar tangannya berusaha menutupi bagian-bagian penting tubuhnya yang terbuka meskipun usaha itu sia-sia karena tangannya jelas tidak mampu menutupi tubuhnya yang telanjang, akibatnya Wewengko dengan bebas menikmati keindahan tubuh mulus Artika .

?Kamu boleh pergi Tira,? Wewengko berkata pada wanita Papua yang memandikan Artika yang ternyata bernama Tira. Tira mangangguk lalu meninggalkan ruangan menuju ke tempat dia masuk.

Wewengko lalu berdiri dan berjalan mendekati Artika. Artika merinding ketika pria yang semalam memperkosanya berjalan mendekat. Jantungnya berdetak kencang. Sementara Wewengko tidak henti hentinya memandangi tubuh mulus Artika dengan tatapan kagum bahkan ketika dia berdiri di belakang Artika, tangannya sempat meremas pantat Artika yang telanjang. Artika hanya bisa menangis diperlakukan seperti itu.

?Jangan menangis Manisku,? Wewengko membelai rambut Artika yang masih basah. ?Sekarang duduklah dan makan.? Wewengko menarik sebuah kursi di dekatnya. Lalu memaksa Artika duduk. Tapi Artika tidak bereaksi apa-apa.

?Keras kepala ya,? Wewengko mulai jengkel. ?Baiklah, terserah mau makan atau tidak, tapi setengah jam lagi Nona Artika harus bekerja.?

Artika tersentak mendengar ucapan Wewengko, hatinya bergetar, rasa takut mulai melanda dirinya, apakah itu berarti dirinya akan diperkosa lagi.

?Tuan mau memperkosa saya lagi..?? Artika bertanya sambil menatap Wewengko dengan air mata berlinang. ?Jangan.. jangan perkosa saya lagi..? Artika menggeleng ketakutan. Wewengko hanya tersenyum melihat wajah Artika yang memelaskan itu.

?Tidak, tidak Nona cantik.. ada sesuatu yang lain yang harus Nona lakukan.? Kata Wewengko datar. Tanpa sadar Artika menghembuskan nafas lega. Dia lalu melihat Wewengko meninggalkan tempat itu. Dia kemudian menatap makanan yang ada di depannya, semula dia tidak mau menyentuh makanan di atas meja tapi perutnya yang lapar membuatnya meraih makanan di depannya. Rasanya tidak karuan, tapi karena lapar, Artika menelannya juga.

Setengah jam kemudian Wewengko datang lagi dan melihat Artika sudah terlihat segar. Dia yakin Artika tidak tahan menahan lapar.

?Nona Artika Sudah siap kan ?? tanya Wewengko. Tanpa menunggu jawaban Artika, Wewengko menarik tangan Artika dan membawanya ke luar ruangan, tapi sebelumnya dia menutupi tubuh Artika dengan selembar kain. Artika melihat kerumunan anggota OPM berjejer dengan barisan tidak teratur memenuhi halaman. Rata-rata dari mereka berpenampilan kasar dan dekil. Kerumunan itu membelah saat Wewengko dan Artika berjalan menuju ke arah mereka. Di tengah kerumunan itu ternyata terdapat sebuah panggung kecil, berbentuk segi empat, sekitar lima kali lima beat dengan tinggi sekitar setengah beat terbuat dari kayu dan bambu. Wewengko lalu membawa Artika naik ke panggung. Serentak kerumunan anggota OPM langsung mengerubungi panggung sambil memelototi tubuh Artika . Artika merasa malu sekali tubuhnya diobral Bagaikan pelacur murahan.

?Nah Nona Artika, sekarang tugas Nona adalah menghibur mereka..? kata Wewengko datar, nyaris tanpa emosi. Artika tersentak, seketika tubuhnya gemetar, mengira dirinya harus melayani seluruh anak buah Wewengko. Artika tidak dapat membayangkan dirinya akan diperkosa beramai-ramai oleh orang sebanyak itu.

?Tenang Nona, Nona hanya diharuskan menari di hadapan mereka, tapi dengan catatan, Nona harus menari tanpa pakaian.? Kata Wewengko.

Artika terkesiap, dia tidak mengira akan dipaksa melakukan tarian telanjang. Tapi Artika menuruti perintah Wewengko, dia lebih memilih menari telanjang daripada harus digagahi secara beramai-ramai.

Artika menatap kerumunan pria yang sudah tidak karuan di hadapannya.

?Apa kabar semua?? Artika mencoba tersenyum. Dan melempar salam. ?Bagaimana kalau hari ini Artika menghibur anda semua dengan satu tarian..? sontak seluruh anggota OPM yang tidak pernah melihat wanita secantik Artika bersorak.

?Bagaimana kalau Artika buka baju?? kata Artika lagi. Serentak semua menjawab setuju. Artika lalu melepaskan lilitan kain yang menutupi tubuhnya. Seketika semua yang melihatnya langsung melotot melihat tubuh yang begitu putih dan mulus terpampang di depan mereka. Saat itu terdengar alunan musik dangdut dari sebuah apostle yang ada di atas panggung. Artika lantas mulai menggoyangkan tubuhnya yang setengah bugil itu dengan gerakan gerakan erotis. Tangannya diangkat ke atas lalu pinggulnya digoyang-goyangkan membuat seluruh tubuhnya berguncang. Seluruh penonton bersuit-suit melihat goyangan pinggul dan pantat Artika.

?Buka ! Buka! Buka!? teriak mereka sambil terus memelototi Tubuh Artika yang bergoyang erotis.

?Kalian mau lihat payudara Artika?? tanya Artika di tengah tariannya yang langsung disambut gemuruh setuju. Artika perlahan mulai melepas kain penutup payudaranya lalu melemparkannya ke arah penonton yang langsung berebut menerimanya. Payudara Artika sekarang tergantung telanjang begitu putih mulus dan kencang. Payudara itu berguncang seirama gerakan Artika. Melihat payudara yang begitu mulus itu telanjang, penonton makin cheat dan berteriak meminta Artika membuka celana.

?Kalian mau lihat pula vagina Artika?? tanya Artika, lalu Artika mulai memelorotkan celananya dan melemparkannya ke arah penonton, lagi-lagi penonton berebut mengambil celana itu. Sekarang Artika sudah sempurna telanjang bulat di hadapan anggota OPM yang makin brutal. Artika meneruskan tariannya dengan berbagai gaya yang diingatnya. Penonton batten suka saat Artika melakukan goyang ngebor ala Inul dan goyang patah-patah. Pantatnya yang montok dan mulus bergoyang-goyang secara erotis. Sesekali Artika juga berpura-pura melakukan onani dengan meremas payudaranya sendiri sambil merintih-rintih dan mendesah-desah seperti orang yang terangsang nafsu seksualnya.

Selama hampir satu jam Artika menghibur anggota OPM dengan tarian bugilnya, tubuhnya sampai basah karena keringat membuat tubuh yang utih mulus itu terlihat berkilat-kilat. Acara itu baru selesai setelah Wewengko naik ke panggung. Dia berdiri sambil memeluk tubuh Artika yang bugil dan medekapnya erat sampai rapat dengan tubuhnya sendiri.

?Nah kawan-kawan seperjuangan, kalian suka dengan tarian tadi?? Wewengko bertanya yang disambut gemuruh senang.

?Karena kalian suka, maka Artika akan memberikan hiburan tambahan.? Kata Wewengko lagi, Artika terkejut dengan ucapan itu, jantungnya kembali berdebar menanti kelanjutan kalimat Wewengko. Wewengko menoleh ke arah Artika.

?Sekarang Nona saya perintahkan untuk melakukan articulate seks dengan mereka semua, lalu Nona telan sperma mereka semuanya..? kata Wewengko lantang membuat semua anak buahnya berteriak kegirangan, maklum mereka sudah absolutist tidak menyalurkan nafsu seksualnya apalagi yang dijadikan penyaluran wanita secantik Artika .

Artika terkesiap. Dirinya diharuskan melakukan articulate seks dengan begitu banyak orang, Artika menaksir ada 300 orang anggota OPM yang berkumpul.

?Jangan Tuan… ampuni saya, jangan paksa saya melakukan itu..?

?Jadi Nona lebih suka kalau saya memerintahkan mereka semua memperkosa Nona bergiliran?? bentak Wewengko. Artika langsung terdiam mendengar ancaman itu.

?Iya Tuan, saya akan menuruti kata Tuan … ? Artika menangis ketakutan. Dia lalu menuruti perintah Wewengko. Satu persatu anggota OPM itu menggilir Artika. Artika berusaha secepat mungkin mengulum penis para anggota OPM itu. Dan satu persatu para anggota OPM itu menyemburkan Spermanya ke mulut Artika, begitu banyaknya sperma yang masuk ke mulut Artika sampai Artika tidak mampu menelannya sehingga sebagian meleleh keluar dari sudut bibirnya yang merekah, Artika merasa perutnya penuh terisi sperma membuatnya muak ingin muntah, tapi sekuat tenaga Artika menahan untuk tidak memuntahkan sperma yang ditelannya. Tidak hanya di mulut Artika saja anggota OPM menyemprotkan sperma mereka bahkan ada pula yang menyemprotkan spermanya ke wajah dan tubuh Artika. Beberapa dari mereka ada pula yang meraba dan menggerayangi tubuh Artika sambil meremas bagian tubuh Artika yang sensitif seperti payudara, pantat dan vaginanya. Sambil melakukan articulate Seks, Artika juga dirangsang nafsu birahinya, hal itu membuat Artika makin bernafsu melakukan articulate seks. Bahkan Artika melakukannya dengan tiga orang anggota OPM sekaligus menggunakan bibir dan kedua tangannya. Ada pula anggota OPM yang tidak sabar mengocok penisnya sendiri di depan wajah Artika lalu menyemprotkan spermanya ke wajah cantik itu. Tidak hanya di wajah Artika tapi juga di dada dan punggung Artika. Ada yang nekad menempelkan dan menggesek-gesekkan penisnya di punggung Artika sampai ejakulasi. Seluruh perlakuan itu diterima Artika berulang ulang, Artika sampai merasa hal ini tidak akan pernah berhenti karena banyak yang minta Artika mengulum penisnya dua tiga kali.

Di tengah usaha Artika melakukan articulate Seks ada yang nekad mengumpulkan sperma kawan-kawannya di dalam cawan sampai penuh lalu meminta Artika meminumnya

?Ini minum…? perintahnya. Artika menggeleng melihat cawan yang penuh berisi cairan sperma kental dan menjijikkan itu, tapi mereka memaksa Artika meminum sperma dalam cawan itu sampai habis.

Belum cukup sampai di situ seorang anggota OPM yang membawa cangkir berisi sperma menuangkan sperma itu ke rambut Artika dan mengeramasi rambut Artika dengan sperma. Ada pula yang mengoleskan spermanya sendiri pada payudara Artika sambil meremas-remas payudara itu. Biar tambah montok katanya tenang.

Berjam-jam lamanya Artika dikerjai dengan begitu brutal. Mereka baru selesai mengerjai Artika saat matahari mulai turun ke arah barat. Mereka yang puas melampiaskan nafsu seksualnya pada Artika meninggalkan Artika yang tergolek telanjang bulat di atas panggung, sekujur tubuhnya bahkan rambutnya basah oleh cairan kental sperma seperti baru saja mandi dengan cairan sperma.

Artika hanya bisa menangis mendapatkan perlakuan begitu brutal. Hidupnya seperti tidak berharga lagi. Lalu dengan tertatih-tatih Artika mencoba berdiri meninggalkan tempat terkutuk itu. Tapi baru beberapa langkah Artika berjalan, dia bertemu lagi dengan Tira, wanita Papua yang kasar dan kejam. Tira memandangi sekujur tubuh Artika yang bermandikan sperma dengan tatapan sinis.

?tsk.. tsk.. tsk….? Tira mencibir. ?Sepertinya kamu senang dijadikan pelampiasan birahi mereka…?

Artika diam saja mendengar ejekan Tira meskipun hatinya terasa sakit dan sedih sekaligus malu.

?Sekarang mandi yang bersih!? Tira membentak galak, tanpa menunggu jawaban Artika, tida menarik tangan Artika menuju ke pancuran untuk membersihkan tubuh Artika dari cairan sperma yang membasahi sekujur tubuhnya. Artika hanya bisa pasrah dan menangis. Lalu setelah selesai, Tira menyelimuti tubuh telanjang Artika dengan selembar kain usang yang dibawanya kemudian dia membawa Artika kembali ke kamarnya, kamar dimana semalam Artika diperkosa oleh Wewengko. Oleh Tira, Artika hanya diberi selembar kain untuk menutupi tubuhnya yang telanjang bulat. Artika hanya bisa menangis, air matanya seolah kering. Karena kelelahan akibat dipaksa melakukan articulate seks selama berjam-jam, Artika akhirnya tertidur.

Di tengah-tengah tidurnya, Artika merasakan pipinya dibelai dan dielus-elus oleh sebuah tangan kasar. Seketika itu pula Artika terbangun. Dia langsung menjerit melihat siapa yang sudah berada di sampingnya. Wewengko. Tapi kali ini Wewengko memakai pakaian lengkap. Meski begitu Artika tetap merasa ketakutan. Dia segera beringsut mundur ke sudut ranjang sambil mendekap tubuhnya yang hanya tertutup selimut usang sambil menangis.

?Jangan Tuan.. jangan..? Artika merapat ke dinding, sementara di luar petir meggelegar dengan keras. Rupanya malam itu turun hujan yang sangat deras sehingga suasana menjadi dingin.

?Jangan takut Sayang..? Wewengko mendekati Artika dan kemudian duduk di sebelahnya sambil membelai rambutnya. ?malam ini dingin sekali, kamu kedinginan??

Artika hanya mengangguk tertahan, mencoba tidak menatap wajah Wewengko yang bercambang lebat.

?Aku juga kedinginan.? Kata Wewengko. ?bagaimana kalau kita saling menghangatkan..?? kata Wewengko sambil memeluk erat-erat tubuh Artika.

?Jangan.. ahh…? Artika meronta saat Wewengko mulai menyentuh bagian tubuhnya dengan ciumannya. Tapi Wewengko tidak melepaskan pelukannya, bahkan makin ketat memeluk tubuh Artika. Kemudian kembali dia mencumbui wajah Artika, bibirnya dengan rakus melumat bibir Artika yang mungil, lalu dengan lidahnya dia menelusuri pipi dan leher Artika.

?Ahhh… jangan…. ahhhh… Oohhh…? Artika meronta sekuat tenaga, tapi rontaan tubuhnya yang putih mulus itu justru membangkitkan gairah Wewengko. Dengan ganas Wewengko menciumi sekujur leher Artika. Pelan-pelan Artika kembali merasakan gejolak seksualnya bangkit, dan akhirnya dia pasrah digeluti oleh tubuh hitam besar itu sehingga ketika Wewengko membuka kain yang menutupi tubuhnya, Artika hanya diam saja.

?Dingin Tuan…? Artika mendekapkan tangannya ke payudaranya yang putih kenyal dan telanjang.

“Jangan khawatir… Sebentar lagi juga panas…” kata Weengko tersenyum sambil menatap mata Artika yang bening dengan penuh arti. Dibukanya lipatan tangan Artika karena dia ingin menikmati dan merabai keindahan kedua payudara wanita itu. Artika membiarkan saja Wewengko memulai aksinya dan menikmati rangsangan yang diberikan padanya. Wewengko yang mengetahui Artika sudah pasrah makin bersemangat. Dengan tangannya yang besar dicengkeramnya kedua payudara Artika, pas segenggaman. Payudara itu kemudian diremasnya dengan kekuatan penuh. Artika meringis menahan sakit. Wewengko kemudian menggerak-gerakkan genggaman tangannya melingkar membuat payudara Artika seperti adonan kue yang sedang diuleni, hal itu membuat Artika merasa kegelian tapi juga sekaligus terangsang.

?Ohhh…. Ahhhh….. Ahhhhhh………? Artika merintih penuh kenikmatan, sikap kepasrahannya untuk disetubuhi membuatnya bisa menikmati setiap rangsangan Wewengko, apalagi ketika Wewengko mendaratkan ciuman-ciuman dan sapuan lidahnya ke bagian puting payudaranya membuat Artika tersentak-sentak dan menggeliat menahan desakan birahi yang kian meledak di dalam tubuhnya. Sekujur tubuh Artika basah oleh keringat sehingga tubuhnya yang mulus itu berkilau diterpa sinar lampu yang temaram. Dan dalam waktu singkat Wewengko telah berhasil membuat Artika tidak berdaya menolak apa pun yang dimintanya. Seakan wanita itu telah berada sepenuhnya dalam kekuasaannya.

?AAAAHHH…….. AAAHHHH……..? terdengar erangan dari bibir mungil Artika saat dia kembali dilanda orgasme. Tubuhnya menegang kuat sekali utuk sesaat sebelum kemudian melemas kembali dan tergeletak di ranjang.

Wewengko tersenyum puas melihat wanita cantik itu terkapar tidak berdaya. Wewengko kemudian melucuti pakaiannya sendiri. Kini di atas ranjang dua tubuh telanjang berlainan jenis telah siap melakukan persetubuhan. Yang wanita adalah seorang wanita muda yang terbaring tak berdaya setelah diculik dengan tubuh yang langsing, kulit putih mulus dan wajah cantik rupawan. Seorang publik figur dengan cachet sebagai Putri Indonesia. Sedangkan si pria di atasnya yang siap menyetubuhinya adalah seorang dedengkot pemberontak yang selama ini dicari-cari oleh aparat penegak hukum.

Untuk kedua kalinya Artika dan Wewengko melakukan hubungan badan. Kali ini permainan menjadi amat bergairah. Artika sudah mulai terbiasa menerima sodokan penis Wewengko di kemaluannya. Keduanya sudah seperti pasangan yang serasi. sudah seirama dan saling beradaptasi dalam persetubuhan itu. Artikapun tak melakukan perlawanan sama sekali terhadap Wewengko. Dibiarkannya gembong pemberontak itu menggenjot vaginanya dan menuju puncak kenikmatan bersama. Artika yang memang wanita baik-baik dan terpelajar, kadang masih berusaha membuat kesan ia tidak begitu menikmati persetubuhan itu. Namun yang sebenarnya terjadi, Artika benar-benar menikmatinya. Berkali-kali Artika mengalami orgsme saat kemaluannya digenjot oleh penis Wewengko.

“OOOHHHHHH…….” Artika mengerang kuat menikmati orgasmenya yang bertubi-tubi dan memabukkan. Rintihan dan ekspresi wajahnya yang erotis membuat Wewengko kian terpacu dan kian bersemangat menyetubuhi Artika yang seolah sudah resmi menjadi gundiknya.

“Artikaaaa…… Hhhggggh….” lenguh Wewengko melepaskan semua sperma yang ditahannya dari tadi ke dalam rahim Putri Indonesia itu sebagai balasannya. Kemudian hening. Hanya degupan jantung keduanya yang terasa bergejolak di dada mereka yang saling menempel. Si gembong pemberontak dan gundik barunya menyatu bugil di atas ranjang. Keduanya berpelukan erat. Wewengko di atas Artika. Kaki Artika yang mengapit pinggul Wewengko menekan pantat Pemberontak itu supaya tetap di tempatnya. Mereka pun berciuman dengan ganas menikmati setiap detik keintiman mereka. Kedua tubuh itu masih saling menghimpit menciptakan sebuah pemandangan yang sangat kontras, tubuh yang putih, mulus dan langsing dengan wajah yang begitu cantik ditindih oleh sosok hitam legam dan bertato serta berwajah buruk.

Artika memejamkan matanya, air matanya meleleh membasahi pipinya yng putih, sementara Wewengko masih membirkan penisnya menancap di vagina Artika, mencoba merasakan kenikmatan tubuh Artika yang mulus itu sepuas-pusnya. Ditatapnya wajah cantik Artika dengan perasaan sangat puas. Sebuah sensasi dan kenikmatan tersendiri bagi Wewengko bisa menikmati kehangatan tubuh seorang Putri Indonesia yang begitu cantik seperti Artika. Tak pernah ia merasakan bersetubuh dengan wanita secantik dan seseksi Artika. Bisa bersetubuh dengan Artika ibarat mimpi yang menjadi kenyataan bagi Wewengko, apalagi mengingat cachet wanita yang sekarang sudah menjadi gundiknya itu adalah seorang Putri Indonesia, ya, Putri Indonesia, wanita batten cantik di seluruh negeri.

Ia merasakan perbedaan yang mencolok dibandingkan dengan semua pelacur yang ia kenal selama ini. Ini membuatnya ketagihan. Yang diinginkannya saat ini adalah menikmati setiap jengkal tubuh Artika sepuas-puasnya. Dalam pikiran Wewengko bahkan ingin bisa menghamili Artika. Jika Artika bisa hamil olehnya maka dia bisa mendapatkan keturunan dari rahim seorang wanita terpelajar seperti Artika yang bisa meneruskan statusnya sebagai pemimpin.

Segala pikiran busuk dan jahat makin absolutist makin memenuhi kepala Wewengko, membuatnya tertawa penuh kemenangan, sementara tubuh Artika yang putih mulus masih berada di dalam dekapannya.

Pemerkosaan Mahasiswi Di Kamar Kos

Sudah lama aku dan beberapa temanku mengincar sebuah kost putri yang masih baru didaerahku. Daerah dekat kampungku terdapat perumahan yang masih tergolong baru dan tempatnya cukup terpencil ditengah sawah yang kebetulan belum banyak berpenghuni. Hanya ada 5 rumah yang baru dibangun, dan yang ditempati baru satu dan itupun ditempati oleh 4 orang cewek yang kebetulan kost disitu. Kami sering memperhatikan mereka pada saat mereka sering lewat membeli barang kebutuhan dikampungku. Mereka semua cantik cantik dan putih. Belakangan kami mulai mengenal nama nama mereka. Mereka semua berasal dari luar daerah yang baru masuk kuliah semester pertama.


Suatu malam pada saat aku ,Joni,Bram,Agung sedang minum minuman keras salah seorang cewek penghuni kost yang bernama Tia baru saja melewati kami memakai kaos ketat dan celana pendek. Timbul pikiran jahat dibenakku dan kucetuskan pada teman-temanku.

“Wah Jon….cakep dan sexi juga ya penghuni kost itu..?” pancingku.

“iya tuh..sexi banget….wah sayang karena orang kayak kita kan bisanya cuman

ngeliat aja…”

Bram pun menimpali ” Bener cewek gitu ga bakalan mau sama orang kayak kita kita Jon..”

Lalu aku kemabali memancing mereka..”Klo emang ga mau kenapa gak kita perkosa aja sekalian rame-rame..kan bukannya dia juga ga bakalan jadi milik kita….?”

“Gila loh ….entar dipenjara gimana..?” sahut Agung.

“Ga bakalan ….. asal tahu caranya bro…” Sahutku

“Maksud loe gimana jack..?” Tanya Bram.

Aku mengeluarkan sebuah handycam dari tasku dan beberapa tutup kepala yang memang sudah lama aku siapkan

“Ini nih jurus ampuh memperkosa tanpa takut dilaporkan kepolisi..mau tahu caranya..?” Aku berkata kepada Agung “Kamu bisa gunakan ini kan..Gung.?” Agung tersenyum simpul dan mengangguk. “Jadi kita gunakan kamera ini saat kita memperkosa mereka dan kita gunakan sebagai ancaman klo mereka berani melapor..!!!!” Dan aksi itupun tak lama akan Dimulai……

Waktu menunjukkan pukul 22.30, perlahan kami satu persatu memanjat dinding belakang kost putri yang tidak terlalu tinggi itu. Pelan pelan kubuka pintu dapur yang tidak terkunci dan menuju kedalam pelan pelan diikuti oleh teman temanku. Aku melihat hanya ada 2 motor yang terparkir berarti hanya ada dua penghuni kost saat ini.

Darahku terkesiap ketika melihat salah satu kamar tidak terkunci dengan pintu sedikit terbuka, aku melihat tia sedang tidur dengan paha mulus putihnya yang terbuka. Aku segera membagi 2 kelompok masing masing dua orang. Aku dan Agung memasuki kamar Tia dan kelompok kedua Bram dengan Joni mengetuk kamar Heni.

Bram mengetuk kamar Heni perlahan..rupanya Tia terbangun terlebih dahulu karena kamar mereka bersebelahan. namun aku dan Agung sudah bersiap dan segera menempelkan golok dileher Tia. “Diem lo jangan bertingkah..!!!!!!” Tia terkejut dan masih terdiam. “Coba panggil temen kamu yang masih tidur dari sini..!!” wajah Tia pucat dan dengan gemetar memanggil temannya, “Hen…bangun Heniii…tolongin gue Heenn…” panggil Tia dengan suara gemetar. Sementara Bram masih mengetuk kamar Heni.

Tak lama pintu dibuka dan Bram langsung menyergap Heni sambil menempelkan goloknya pula.Heni terkejut dan langsung pucat, dia tidak berani berteriak.

“Ringkus dan ikat dia dengan lakban Bram..!! Biar dia menikmati tontonan gratis antara aku dan temannya ha..ha..ha…” perintahku.

Setelah Heni diringkus oleh kedua temanku, aku segera memakai topengku dan memberi isyarat ke Agung supaya menyalakan handycam.

Tia semakin pucat dan mulai memohon “Ampun bang …tolong jangan perkosa kami..ini kami ada sedikit uang untuk Abang..ambil semua yang Abang mau tapi tolong jangan perkosa kami bang..” Kata Tia hampir menangis.

Cerita Seks - Aku tampar wajah Tia, “Diem loh jangan berisik..!!” lalu mendorong tubuh mungil Tia keatas tempat tidurnya yang indah. Tia mulai terisak, aku tak perduli.

Aku segera meraih daster tipisnya dan kurobek dengan kasar. Tia mencoba berguling kesamping sambil menutupi daerah dadanya sambil menyembunyikan wajahnya yang manis. Aku segera meraih tubuhnya dan kutelentangkan dengan paksa. Aku membuka silangan tangan didada Tia dan dengan kasar sekali lagi aku merobek BH Tia yang hanya berukuran 32 B.Tampaklah kedua bukit indah yang mungil dengan puting susu yang memerah.

“Singkirkan tangan elo sekarang atau gua pukul lagi kamu..!!” perlahan lahan Tia menurut. Aku mulai meremas dan menciumi buah dada indah itu, sementara Tia masih terisak.Heni yang terbelenggu dipaksa kedua temanku untuk melihat semua kejadian itu. Aku membuka seluruh pakaianku, dan aku menjambak rambut Tia sehingga wajahnya terangkat.

“Nih kulum penis gue..awas klo ga mau gue bunuh kamu sekarang juga..!!!” Kataku

Tia menurut.. Oooh betapa nikmat rasanya ketika mulut mungil berbibir tipis itu mulai mengulum penisku. “Heh..setan!! Awas jangankena gigi elo rasanya sakit tahu…!!!” aku memaklumi karena mungkin Tia baru pertama kali ini mengulum penis seorang cowok. Dan aku segera memaju mundurkan wajah Tia dipenisku dengan menjambak rambutnya. Tanpa membuang waktu lagi aku segera memerintahkan kedua temanku untuk melepaskan Heni dan membuka lakban dimulutnya. Aku memerintahkan Heni supaya masuk keranjang dimana Tia sedang mengulum penisku.

“Buka bajumu…dan jilat vagina temanmu ini..awas kalau tidak mau menurut gue bunuh kamu sekarang juga..!!’ Kataku. Bram dan Joni terkekeh melihatku.

“Bisa aja kamu jack..wah wah..wah sekali dapet dua lalat nih ayo terusin jack..!!”

kata mereka.

Agung masih menyorot semua kejadian itu dengan handycamku.

Bram dan Joni mulai melepaskan semua pakaian mereka dan mengocok penis mereka , rupanya mereka juga terangsang melihatku.

Seperti perintahku setelah aku mengatur posisi sedemikian rupa, heni mulai menjilati vagina Tia dengan ragu-ragu. “Ayo yang mesra jilatin vagina Tia..!! Kalau tidak bisa kupotong lidahmu ..!!” gertakku. Heni menuruti kata kataku. Wajahnya semakin pucat dan hampir menangis. Setelah dia menjilati vagina Tia, rupanya kuluman tia pada penisku mulai kacau, oleh sebab kenikmatan yang ditimbulkanHeni pada vaginanya. Aku tersenyum melihatnya.

Birahiku segera memuncak dan segera ingin meperkosa vagina milik Tia yang terlihat sempit itu. Kemudian aku menyuruh tia untuk berhenti dan tidur terlentang. Aku menyuruh Heni untuk meletakkan vaginanya diatas mulut Tia.

“Nah sekarang gantian elo yang jilatin vagina milik Heni..jangan mau enaknya saja ya..!!” Tia pucat tapi dia menurut. wajah Tia terbenam diselangkangan milik Heni sementara mereka semua hanya terdiam ketakutan menuruti perintahku. Aku memposisikan penisku divagina Tia,sambil terus berusaha menyodok vaginanya aku terus meremas dan menciumi buah dada Heni yang berukuran sedang dan indah pula.

Lubang Tia masih terasa begitu sempit,walaupun terlihat kesakitan dia masih terus berusaha menjilati vagina Heni. Lubang milik Tia sudah basah akibat jilatan Heni tadi, dan Drrrt..drrt..drrt.aku segera memompa memasukkan penisku dalam vagina perawan milik Tia. Sempit sekali rasanya sehingga menimbulkan sensasi nikmat yang luar biasa dipenisku.

“Aah..tolong sudah bang sakit bang…aduh..sakit bang..tolong…!!” Jerit Tia

Bram segera mendatangi Tia dan menampar mulutnya ..PLAK..!!!

“Diem Loe dan jangan coba coba bersuara lagi..!! Jilatin terus memek temen kamu itu!!!” kata Bram.

Air mata Tia tak dapat dibendung lagi menahan perih, dan aku semakin tak peduli. Semakin cepat aku memompa penisku dalam vaginanya, sambil aku terus meremas dan mencium buah dada Heni yang vaginanya masih terus dijilatin oleh Tia.

Sepuluh menit kemudian …..Crrooot ! spermaku tumpah didalam vagina Tia. Aku mengentikan aktivitas penisku didalam vagina Tia. Terasa berdenyut denyut nikmat dinding vagina Tia. Sementara aku berhenti kini rupanya giliran Heni yang tiba tiba mengejang …rupanya dia juga mengalami orgasme karena jilatan Tia pada vaginanya.

Melihat hal itu aku jadi kembali terangsang dan penisku bangkit berdiri lagi. Aku menyuruh mereka bertukar posisi. Sekarang posisi Tia ditempati oleh Heni begitu pula sebaliknya. sekarang vagina Tia-lah yang dijilatin oleh Heni. Darah keperawanan Tia masih meleleh dipahanya bercampur spermaku. Aku mmerintahkan Heni untuk menjilati bersih sperma bercampur darahku dipaha Tia. Heni yang ketakutan itu hanya menurut sambil menangis, sesekali terlihat dia seperti mau muntah namun ditahannya.

“Awas klo elo sampai muntah gue keluarin semua isi perut eloe..ngerti..?” ancamku pada Heni. Gadis itu semakin ketakutan.

Kini penisku sudah berada dibibir vagina Heni, sementara Heni masih menjilatin vagina milik Tia yang baru saja kehilangan keperawanannya , aku terus mencumbu dan meremas dada Tia.

vagina Heni rupanya memang lebih sempit, aku sampai kesulitan beberapa kali membobol keperawanan miliknya. Sampai aku akhirnya benar-benar memaksa penisku barulah aku dapat menembus vagina Heni. Jujur saja ketika memerawani Heni penisku agak sakit karena memang vagina Heni lebih sempit dari vagina milik Tia. Setelah beberapa saat setelah penisku berada dalam vagina Heni yang sudah berdenyut dari sejak awal perawannya kubobol, aku mulai menggerakkan penisku maju mundur . Gilaaa…!! vagina Heni lebih nikmat dari vagina Tia karena memang bentuk tubuh Heni lebih kecil dari bentuk tubuh Tia.

Setengah jam aku memompa vagina Heni sampai akhirnya aku memuntahkan spermaku jauh labih banyak daripada spermaku di vagina Tia. Setelah aku menghabiskan spermaku diliang vagina Heni , aku meyuruh Tia untuk kembali mengulum penisku membersihkan sisa darah keperawanan Heni yang masih melekat di penisku.

Lalu aku berpaling kepada ktiga temanku yang sudah menunggu dengan telanjang dan masing masing penis yang sudah ngaceng.

“Bagaimana..?” Tanyaku……”

“Hebat Jack…….sampai sampai gue ama Joni udah ga tahan niiih…!!!” Kata Bram

“sabar..sabar dulu ya kalian pasti akan menerima bagian masing masing..”

“biar mereka bersihkan vagina mereka dahulu ….ya..?” Kataku

Bram sudah tidak sabar lagi, namun aku mencegahnya.

“Coba lihat dulu ini…”

Lalu aku segera memerintahkan kedua gadis itu untuk saling menjilati vagina temannnya hingga bersih.

Bram tertawa lebar”ha.ha..ha..betul juga maksud elo jack..masa kami dikasih bekas kecap elo…ha..ha..ha”

Setelah mereka melihat kedua vagina milik Sinta dan Tia sudah terlihat bersih dari spermaku dan ceceran darah keperawanan mereka yang masih menempel dipaha. Bram dan joni segera menyergap dan meperkosa kedua gadis malang itu, dilanjutkan dengan acara bertukar pasangan dan tak ketinggalan pula Agus sang ‘kameramen’ yang merekam semua adegan pemerkosaan itu.

Cerita Dewasa - Setelah hari menjelang subuh kami menguras seluruh harta kedua gadis itu termasuk motor ATM dan nomer Pin serta perhiasan yang tidak sedikit jumlahnya. Maklum sepertinya mereka anak orang kaya. Sebelum meninggalkan mereka aku sempat mengancam, kalau berani amcam-macam, adegan pemerkosaan itu akan kami sebarluaskan. Setelah itu kami semua pergi meninggalkan mereka hingga beberapa bulan lamanya.

Rupanya rahasia itu masih tersimpan rapi oleh mereka, karena setelah sekian lama kami merantau dan memutuskan untuk pulang kampung ternyata tidak ada tanda tanda bahwa kami dicari oleh pihak kepolisian. Hanya saja Tia dan Heni sudah tidak bertempat tinggal dokostnya lagi, rupanya mereka telah pindah.

Mahasiswi dan Pak Kades – 2

Melihat calon korbannya sudah tidak berdaya, Pak Kades tersenyum puas karena berhasil menaklukkan gadis kota itu. Pak Kades meluia mmebuka pakaiannya satu-persatu sampai telanjang bulat, penisnya yang sudah tegang mengacung dengan begitu keras. Lalu dengan gerakan kasar, Pak Kades menarik tubuh Lia yang bugil di atas ranjang, perlahan diangkatnya tangan Lia ke atas, lalu Pak Kades melebarkan kedua belah kaki Lia sehingga mengangkang lebar, membuat tubuh Lia sekarang seperti sebuah huruf X, huruf X yang sangat membangkitkan nafsu karena terbuat dari tubuh seorang gadis cantik dengan kulit putih mulus dalam keadaan bugil di atas ranjang.

Pak Kades semula haya menatap keindahan tubuh bugil yang ada di depannya dengan berkali-kali meneguk ludah. Dia lalu naik ke atas ranjang dan menempatkan dirinya tepat di antara kedua kaki Lia. Pak Kades sekarang sudah siap sepenuhnya untuk menyetubuhi Lia. Sementara Lia yang baru saja mengalami orgasme hanya bisa pasrah. Orgasmenya telah membuat tubuhnya tidak mampu lagi mematuhi perintah otaknya, yang bekerja sekarang hanyalah dorongan seksnya yang menggelora. Pelan-pelan Pak Kades mulai merebahkan dirinya menindih tubuh mulus Lia sambil sesekali mencium bibir Lia. Lia hanya menggeliat sesaat tapi kemudian dia mulai merasakan nikmatnya sentuhan liar dari bibir Pak Kades di bibirnya. Pak kades lalu membimbing penisnya dengan tangan kanan menuju ke liang vagina Lia. Sentuhan ujung penis Pak Kades di bibir vagina Lia membuatnya menggeliat. Lia mengetahui sebentar lagi keperawanannya akan direnggut secara paksa, tapi dia sudah terlanjur dikuasai nafsu birahi sehingga dia tidak melawan sedikitpun. Dan perlahan tapi pasti, Pak Kades mulai mendorong pantatnya maju, membuat penisnya menyeruak masuk ke dalam vagina Lia secara perlahan-lahan. Lia meringis menahan sakit pada vaginanya. Vaginanya yang masih perawan terlalu sempit untuk dimasuki penis Pak Kades yang berukuran di atas rata-rata itu. Pak Kades sendiri merasa kesulitan saat memasukkan penisnya ke dalam vagina Lia. Dia merasakan jepitan vagian Lia begitu kuat, seperti melawan desakan penisnya, tapi dengan satu dorongan kuat, penis Pak Kades akhirnya amblas seluruhnya di dalam vagina Lia.
Ahhhkk... Lia merintih kecil merasakan sesuatu yang besar memenuhi liang vaginanya yang sempit. Perlahan air matanya mengalir membasahi pipinya yang mulus.
Ehhh...... akhirnya masuk juga.. Pak Kades mengerang lirih. Gila, tempiknya Neng Lia masih kenceng banget..
Tapi Pak Kades hanya membiarkan penisnya terbenam di dalam vagina Lia. Selama tiga menit tidak ada pergerakan apapun dari Pak Kades. Rupanya Pak Kades sedang memberikan waktu agar Lia dapat mengambil napas dan agar Lia terbiasa dengan keadaan dimana penis Pak Kades yang besar berada didalam vaginanya. Pak Kades sendiri sebenarnya sedang meresapi nikmatnya jepitan lian vagina Lia yang masih perawan itu untuk beberapa lama. Baru kemudian secara perlahan Pak Kades mulai menggoyangkan pantatnya, membuat penisnya tertari keluar dari Vagina Lia. Lia merintih saat penis itu lolos dari vaginanya. Tapi rintihannya berubah menjadi jeritan kecil saat Pak Kades mendesakkan penisnya dengan gerakan liar. Lia menggigit bibirnya merasakan sakit tapi sekaligus kenikmatan pada vaginanya. Pak Kades lalu mulai melakukan gerakan memompa untuk menggenjot vagina Lia dengan penisnya, mula-mula pelan, tapi saat vagina Lia mulai terbiasa oleh penisnya, Pak Kades mulai mempercepat genjotannya. Badan Lia terguncang-guncang keras maju mundur, kakinya mengejang-ngejang dan menyentak-nyentak, tangannya dengan keras memegangi seprei sampai berantakan, kedua payudaranya bergoyang cepat, kepala terdongak ke atas dan bibirnya terkatup rapat antara menahan sakit dan sensasi yang dirasakan di dalam vaginanya.
Melihat hal itu Pak Kades menjadi makin bernafsu, sambil terus menggenjot vagina Lia, dia juga menciumi dan menjilati payudara Lia sambil sesekali bibirnya mengulum puting susunya seperti bayi yang sedang menyusu pada ibunya. Kenyotan bibir Pak Kades pada payudara Lia menimbulkan sensasi baru dalam tubuh Lia membuat gerkannya menjadi semakin liar.
Aaahhh..ooohhhhh... aaahhhh... ooohhhh.. desahan keras Lia mulai terdengar manja. Rasa sakit pada vaginanya sudah dilupakan dan digantikan oleh kenikmatan yang luar biasa.
Setelah selama sepuluh menit, Pak Kades merasa bosan dengan gaya konvensional itu, dia perlahan bangkit. Dia tertegun saat melihat bercak darah di sekitar vagina Lia.
Astaga, jadi Neng Lia masih perawan ya..? tanya Pak Kades yang dijawab Lia oleh anggukan lemah.
Wah.. kalu begitu Bapak beruntung banget hari ini, bisa memerawani seroang gadis kota, cantik lagi.. kata Pak Kades senang. Lia hanya diam saja mendengar ocehan Pak Kades.
Nah sekarang Neng Lia ganti gaya doang.. pinta Pak Kades. Dia menyuruh Lia menungging di atas ranjang, lalu kembali diserangnya vagina Lia dari belakang seperti seekor anjing. kedua tangan kekarnya memegang pinggul Lia dan menariknya hingga posisi pantat Lia kini merapat dengan pinggul Pak Kades mambuat penis Pak Kades membenam seluruhnya di dalam vaginanya. Lia menjerit lirih, matanya terpejam sambil menggigit bibirnya sendiri dan badannya kembali menegang keras.
Lalu mulailah Pak Kades menggenjot kembali vagina Lia dengan kedua tangan memegangi pinggul Lia. Dia mulai memaju-mundurkan kemaluannya mulai dari irama pelan kemudian makin cepat sehingga membuat tubuh Lia tersodok-sodok dengan kencangnya.
"Aahh.. aahh.. aahhh.. oohh..... oohh.. Lia kembali menjerit-jerit saat Pak Kades menggenjotnya lagi. Tubuhnya sekarang basah oleh keringat. Payudaranya yang menggantung indah bergoyang-goyang seirama genjotan Pak Kades. Perlahan Pak Kades mulai menjamah payudara Lia dari belakang, sambil terus menggenjot vagina Lia, Pak Kades juga meremas-remas payudara Lia. Erangan-erangan Lia semakin keras, badan dan kepala semakin bergoyang-goyang tidak beraturan mencari titik-titik nikmat di dalam vaginanya. Tidak tahan lagi, lia akhirnya mengejang dan mengerang.
AAGGHHH... kembali Lia mngalami orgasme, kali ini bahkan lebih dahsyat dari sebelumnya. Melihat Lia orgasme lagi, Pak Kades makin brutal. Dia mendorong Lia sampai tersungkur lalu membalikkan tubuh Lia dengan kasar dan dipentangkannya kaki Lia selebar yang dia mampu sambil diangkat ke atas sehingga kaki Lia sekarang membentuk huruf V membuat vagina Lia terkuak sangat lebar. Pak Kades lalu kembali melesakkan penisnya ke dalam vagina Lia dan kembali menggenjotnya, kali ini gerakannya sangat liar dan tidak teratur membuat tuuh Lia tersentak-sentak dengan kasar.
AHHKHHH... OOOHHHHHHKK.. AAHHHHH........ Lia menjerit-jerit merasakan penis Pak Kades menggenjot vaginanya dengan kasar, kepalanya bergoyang keras ke kiri dan ke kanan, matanya terpejam sambil menggigit bibirnya menahan sakit dan nikmat yang luar biasa. Tak tahan mendapat rangsangan sedemikian hebat, tubuh Lia kembali mengejang sampai melengkung ke atas membuat tulang rusuknya menjiplak di kulitnya.
AAAGGH.. teriak Lia saat mengalami orgasme untuk ke sekian kalinya. Bersamaan dengan itu Pak Kades juga menekan keras penisnya ke dalam vagina Lia.
AAGGHHHHHHHH... Pak Kades melenguh keras, sensasi yang sedari tadi ditahan akhirnya dilepaskan dengan sangat dahsyat sambil memuncratkan spermanya ke dalam vagina Lia. Keduanya kembali lemas setalah mengalami orgasme secara bersamaan. Pak Kades ambruk sambil mendekap tubuh mulus Lia.
Oohhhh.... Bapak sangat puas Neng... Pak Kades berbisik di telinga Lia, lalu sambil mencium bibir Lia, Pak Kades bangkit meninggalkan Lia terbaring tanpa busana di atas ranjang.
Pak Kades lalu memakai pakaiannya lagi. Dia kemudian mendekati Lia yang masih terbaring di atas ranjang.
Ingat ya Neng.. Neng harus menuruti setiap keinginan Bapak, kalau tidak Neng bakal celaka.. mengerti kan Neng..?
Lia hanya menjawabnya dengan anggukan lemah.
Sekarang Neng Lia mandi yang bersih ya.. kata Pak Kades. Dia lalu menarik tangan Lia sampai Lia bangun dari ranjang. Lalu dibimbingnya Lia yang masih dalam keadaan bugil menuju kamar mandi di belakang. Di sana di amenyuruh Lia mandi sebersih-bersihnya untuk menghilangkan bekas-bekas perkosaann yang melekat di tubuhnya. Lia kemudian dibawanya ke kamar lagi. Dia diijinkan memakai pakaian lagi, tapi satu-satunya pakaian yang boleh dipakainya hanyalah celana dalam, sedangkan tubuh bagian atasnya dibiarkan telanjang.
Pak Kades lalu berjalan keluar dari kamar sambil tertawa penuh kemenangan. Dia kembali ke ruangan depan, di sana dia duduk santai di kursi sambil merokok.
Tak seberapa lama, dua orang laki-laki setengah baya tampak masuk ke dalam rumah, sebagian baju mereka yang lusuh terlihat basah. Yang seorang bertubuh kurus dan bungkuk dengan rambut tipis beruban banyak, matanya agak juling dan giginya sebagian sudah ompong. Yang satu lagi berkulit hitam dengan wajah cacat seperti bekas terbakar dan agak cekung, rambut, kumis dan janggutnya jarang-jarang dan beruban di mana-mana. Melihat mereka, Pak Kades bangkit dari duduknya.
Aman! Jupri! Dari mana Kalian? tanya Pak Kades.
Tadi kami pergi ke rumah istri Pak Kades yang satu lagi, tapi karena hujan, kami jadi tertahan di sana, Aman yang bungkuk menjawab.
Iya Pak Kades.. timpal si Jupri.
Dan dia bilang apa? tanya Pak Kades
Yah.. dia bilang sih mau balik ke Pak Kades.. jawab Aman lagi.
Hehehehehe.. Pak Kades tertawa. Bagus.. bagus.. tidak sia-sia kalian bekerja padaku..
Kalau gitu kami dapat hadiah dong pak.. kata Aman sambil nyengir.
Hadiah? Pak Kades berpikir sesaat. Oh.. ya, kalian akan dapat hadiah, hadiah yang sangat menyenangkan.
Pak Kades masuk kembali ke dalam kamar diikuti tatapan Aman dan Jupri yang bertanya-tanya dalam hati seperti apa hadiah yang akan mereka terima. Dan sesaat kemudian, seolah mata mereka meloncat dari tempatnya, mereka melotot leber-lebar saat Pak Kades keluar dari kamar sambil menuntun seorang gadis yang sangat cantik yang nyaris dalam keadaan telanjang bulat, hanya sehelai celana dalam yang masih melekat di badannya.
Aman dan Jupri melongo seperti kemasukan jin menyaksikan pemandangan yang sangat indah itu, Lia yang begitu cantik dan nyaris telanjang berdiri di depannya. Tubuhnya yang seksi terlihat begitu menggairahkan, apalagi Pak Kades melarang Lia untuk menutupi payudaranya membuat payudara yang indah itu menggantung bebas, polos dan telanjang.
Nah.. kalian suka dengan hadiah ini? Pak Kades mendorong Lia ke depan, membuatnya nyaris terjungkal.
Ohh.. suka banget Pak.. Aman menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari tubuh mulus Lia. Ini hadiah yang paling indah..
Bahkan Neng Ani, kembang desa sebelahpun nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan dia.. Jupri menambahi.
Kalau begitu, selama satu hari ini, kalian boleh nikmati dia.. kata pak Kades ringan, yang disambut dengan tawa puas dari mereka berdua.
Di dalam saja Man.. kata Jupri sambil menunjuk ke kamar. ada kasurnya.. enak kan kalau nanti dia kita entotin di kasur..
Aman setuju dengan usul Jupri, keduanya membimbing Lia masuk lagi ke dalam kamar dam negunci pintunya.
Kedua orang penjaga rumah itu sekarang berjalan mengelilingi Lia sambil berkali kali berdecak mengagumi keindahan dan kemulusan tubuh Lia.
Astaga... mulusnya.. montoknya.. Aman berdecak sambil membelai paha Lia yang putih. Lia berdesir merasakan rabaan tangan kasar itu pada pahanya.
Iya nih Man.. Jupri manambahi sambil meremas pantat Lia.
Nama Neng siapa sih..? Kok cantik banget.. tanya Aman sambil membelai payudara Lia dengan kurang ajar. Lia merintih sesaat sambil meneteskan air mata. Dia meras sangat terhina diperlakukan seperti itu, tapi dia sama sekali tidak kuasa untuk menolaknya.
Lia Pak.. jawab Lia pelan dengan sedikit tersedu.
Oh.. namanya Lia.. cantik, secantik orangnya.. kata Aman sambil meremas payudara Lia, membuat Lia merintih kecil. Kalau nggak keliru, Neng Lia kan cewek kota yang lagi KKN di sini ya..?
Ahhhhhh... iya Pak... Oohhhhhhhh...... Lia menjawab sambil mendesah karena pada saat itu Aman kembali meremas kedua payudaranya sementara pada saat yang sama, Jupri sedang sibuk meremasi pantatnya sambil sesekali membelai selangkangan Lia yang masih tertutup celana dalam.
Neng Lia suka ngentot nggak..? tanya Aman lagi. Lia hanya mengangguk pasrah.
Ditanya kok Cuma ngangguk saja, jawab dong Neng.. kata Aman lagi.
Ehh.. iya.. Pak... saya.. suka ngentot.. jawab Lia sambil terbata, menahan desakan nafsunya yang kembali bangkit akibat belaian dan cumbuan pada paudara dan selangkangannya.
Neng Lia mau nggak ngentot sama kami? tanya Aman kalem sambil terus mencumbui payudara Lia.
Iyaa... mau.. mauuu... Lia menjawab sambil mengerang, rupanya dia sudah hampir mencapai klimaksnya lagi. Persetubuhannya dengan Pak Kades membuat nafsu birahinya begitu mudah dibangkitkan.
Jupri yang sedari tadi mengusap-usap kemaluan Lia merasakan jari tangannya menjadi basah, menandakan vagina Lia sudah siap untuk dimasuki oleh penis, tapi Jupri ingin membuat Lia mengalami orgasme, karena itu tiba-tiba dia memelorotkan celna dalam Lia sampai ke batas lutut lalu merenggangkan kaki Lia sehingga selangkangannya terbuka. Lia yang sudah terlanjur terangsang tidak menolaknya, dia bahkan secara sukarela membuka pahanya. Jupri langsung menyerang kemaluan Lia yang terbuka dengan jari-jarinya sambil sesekali menusuk dan mengocok-ngocok jarinya di dalam liang vagina Lia. Lia menjerit tertahan setiap kali jari Jupri mengocok vaginanya. Tidak tahan lagi, Lia akhirnya mengejang. Lia benar-benar sudah kembali mencapai orgasmenya, membuat vaginanya sangat basah.
Heheheh... enak kan Neng..? Neng suka nggak digituin? tanya Aman sambil cengengesan, seolah perbuatannya terhadap Lia barusan hanyalah sekedar permainan anak-anak yang tidak berarti.
Lia masih terengah-engah merasakan orgasmenya yang meledak lagi. Dia hanya bisa mengangguk menjawab pertanyaan itu.
Sekarang giiran Neng yang muasin kami ya.. kata Aman. Kemudian Aman dan Jupri membuka pakaiannya satu-persatu sampai telanjang bulat. Kedua penis mereka menegang keras. Hitam, besar dan panjang.
Sekarang Neng emutin dong kontol kami.. kata Aman santai. Lia untuk sesaat memalingkan mukanya menghindari menatap kedua penis itu. Tapi mau tidak mau, Lia harus menuruti mereka. Maka perlahan Lia mulai berlutut di hadapan Aman dan Jupri. Serentak kedua penis itu mengacung tegak di depan wajah Lia. Perlahan Lia mulai melingkarkan genggamannya pada penis kedua penjaga rumah itu. Besarnya pas satu genggaman tangan Lia yang mungil. Lalu Lia mulai melakukan gerakan mengocok penis mereka, dan secara bergantian, Lia kemudian mengulum penis mereka.
Ahhhhgghh..... Aman mulai mengerang merasakan belaian tangan dan bibir Lia pada penisnya. Dengan tangan kanannya Bella memegang batang penis Aman, dan tangan kririnya menggenggam penis Jupri, sementara kepalanya bergerak maju mundur berirama dengan berusaha membuka rahangnya lebar-lebar agar giginya tidak bersentuhan dengan kepala penis mereka. Secara bergantian Bibir Bella terus mengulum maju mundur pada kepala dan batang penis Aman dan Jupri, sedangkan lidahnya terus begerak menjilati dan membasahinya.
Oohhhh... Aaahhhh.... Aooooohhh.... Aman dan Jupri mengerang-erang nikmat merasakan setiap sensasi pada penis mereka. Tapi tiba-tiba Aman menyuruh Lia menghentikan kuluman pada penisnya. Dia berjalan ke belakang dan berdiri di belakang Lia. Lia yang masih sibuk mengulum penis Jupri menjadi tegang, apalagi saat Aman menyuruhnya berdiri. Masih dengan tangan dan mulut sibuk mengulum dan mengocok penis Jupri, Lia berdiri. Hal itu memaksanya berdiri sambil menungging, dan memang itulah yang diinginkan oleh Aman. Dia kemudian menyuruh Lia merenggangkan kakinya. Tiba tiba Lia merasa ada sesuatu yang basah di bawah sana, ternyata Aman sedang menjilati bongkahan pantatnya yang montok. Tubuh Lia menggelinjang, apalagi waktu mulut Aman bertemu dengan vaginanya, lidah itu beraksi dengan ganas di daerah itu membuatnya semakin becek.
Ahhhghhh... ohhh.. Lia menreang pelan, nyaris saja dia menggigit penis Jupri. Jupri melihat payudara Lia yang bergantung indah itu sekarang bergoyang-goyang, tanpa pikir panjang lagi, Jupri mulai meraih payudara lembut itu dan mulai meremasnya pelan, membuat Lia makin terangsang.
Tiba-tiba Lia menghentikan kulumannya pada penis Jupri dan mengerang tertahan, dia lepaskan sejenak penis Jupri dari mulutnya. Wajahnya meringis karena di belakang sana Aman sedang berusaha mendorong penisnya masuk ke dalam liang vaginanya.
Aahhhh oohhoohh!! rintihnya dengan menengok ke belakang melihat penis itu pelan-pelan memasuki vaginanya. Tapi dengan cepat Jupri yang tidak mau kenikmatannya berkurang meraih wajah Lia dan kembali memaksanya mengulum penisnya.

Mahasiswi dan Pak Kades - 1

Dari semua gadis itu, Lia bisa digolongkan berbeda. Penampilannya yang tomboy lah yang membuatnya berbeda. Meski begitu tidak ada yang membantah kalau Lia jugalah gadis yang paling menawan dalam rombongan itu. Lia memiliki wajah bulat dengan hidung mancung. Matanya sedikit sipit karena ada darah campuran Cina di dalam tubuhnya. Giginya putih bagaikan mutiara membuat senyumnya terlihat menawan. Rambutnya dipotong pendek makin mengesankan sifatnya yang tomboy, meskipun justru bagi sebagian orang Lia terlihat semakin manis dan feminin dengan potongan rambut pendeknya. Hal itu masih ditambah dengan tubuh yang langsing tapi padat dan putih bersih. Tinggi badannya yang 169 cm tidak tampak terlalu jangkung karena proporsinya yang ideal. Jika dia berjalan, maka yang menjadi perhatian, terutama kaum lelaki adalah pantatnya yang padat dan payudaranya yang terlihat kenyal meski tidak terlalu besar. Pakaiannya yang hampir selalu ketat membuat cetakan menonjol di bagian-bagian itu.


Siang itu, di tengah cuaca yang panas menyengat, terlihat Lia berjalan sendirian menyusuri jalan desa dengan langkah agak terburu-buru. Dia memakai pakaiannya yang ketat, kaus warna putih yang pas sebatas pinggang dan celana jins yang juga ketat yang jika bergerak membuatnya repot setengah mati karena bagian pinggangnya yang putih mulus jadi terbuka, mengintip diantara sela-sela pakaiannya. Lia terlihat membawa setumpuk map yang berisi kertas, yang membuatnya agak repot.
Tanpa diduga dari arah belakang, sebuah mobil jeep butut berwarna putih kusam tampak kotor berdebu- dan berkarat di sana-sini berhenti tepat di depannya. Seorang pria menengok dari jendela mobil. Pria itu sudah cukup tua, terlihat dari wajahnya yang gemuk berminyak sudah berkerut, dan rambutnya yang agak botak hampir semuanya beruban. Kumisnya yang juga sebagian beruban tampak melintang sebesar jempol. Pria itu memakai seragam pegawai kelurahan.
Lho Neng Lia.. kata bapak itu sambil nyengir. Karena terkejut Lia menoleh cepat, sampai seolah lehernya terpuntir.
Oh.. Pak Kades.. kata Lia agak kaget. Pria itu rupanya adalah Kepala Desa. Saat perkenalan, Lia tahu namanya adalah Wirya, sering disapa dengan sebutan Kades Wirya. Lia tidak terlalu mengenal Kades Wirya, tapi dia sering mendengar penduduk membicarakannya. Desas-desus yang Lia sering dengar adalah, Kades wirya adalah seorang mata keranjang yang doyan kawin cerai. Dari cerita orang Lia pernah mendengar kalau istri Kades Wirya sudah lama meninggal, tapi dia masih memilii beberapa istri simpanan di desa lain. Benar atau tidaknya Lia tidak tahu, dan tidak peduli.
Neng Lia mau ke mana? tanya Kades Wirya, dengan nada ramah dibuat-buat.
Eh.. itu.. Lia jadi agak gugup. Saya mau ke kecamatan. Ada laporan yang harus saya ambil buat program nanti.
Oh.. Kades Wirya mengangguk mengerti. Kalau begitu kebetulan. Saya juga mau ke kecamatan, ada pertemuan dengan Pak Camat. Neng ikut Bapak saja sekalian.
Lia agak bimbang sesaat mendengar tawaran itu. Tapi setelah dipikir-pikir dia akhirnya menerima tawaran itu, mengingat jarak ke kantor kecamatan, apalagi jarang ada kendaraan umum yang bisa ditumpanginya. Penduduk biasa menggunakan sepeda atau berjalan kaki kalau ke kecamatan. Sementara Lia yang terbiasa dimanja teknologi jelas tidak akan mau membuang tenaganya untuk jalan kaki kalau ada yang bersedia memberinya tumpangan.
Sepanjang perjalanan, Kades Wirya lebih banyak diam. Hanya sesekali ida bercerita tentang masa lalunya. Lia hanya mendengarkannya sambil lalu. Dari apa yang didengarnya, Pak Kades ini sebetulnya sedang ingin memamerkan dirinya waktu masih muda. Tapi Lia tidak menyadari kalau selama perjalanan itu Kades Wirya tidak hanya bercerita, tapi juga beberapa kali mencuri-curi mengamati bagian-bagian tubuhnya.
Mereka baru saja mencapai batas desa ketika mobil yang mereka tumpangi tiba-tiba berdecit-decit dan berjalan tersendat-sendat dengan suara mesin benderum kasar. Sesaat kemudian asap tipis mengepul keluar dari kap mesin diiringi dengan matinya mesin mobil secara total.
Kenapa mobilnya Pak? tanya Lia.
Tidak tahu Neng. Kades Wirya menggelengkan kepalanya dengan sedikit gugup. Kayaknya sih mesinnya ngadat.
Bisa diperbaiki nggak Pak? Soalnya kita kan musti ke kecamatan.. Lian betanya dengan nada sedikit cemas.
Wah, nggak tahu Neng, saya bukan ahli mesin.. jawab Pak Kades pelan. Lia makin cemas, dia melihat ke atas, cuaca mulai gelap karena mendung.
Kalau begitu sebaiknya saya pergi ke kecamatan sendiri saja. Kata Lia setelah memeutuskan. Tapi Pak Kades mencegah langkah Lia sambil mencekal pergelangan tangannya.
Jangan Neng. Soalnya sebentar lagi hujan. Lagipula kantor kecamatan masih jauh dari sini. Ujar Pak Kades.
Lia mendadak menjadi gelisah mendengar ucapan Pak Kades Wirya, apalagi dia melihat cuaca yang memburuk. Dan tepat seperti perkiraan Pak Kades, gerimis mulai turun membuat pola bintik-bintik basah pada baju yang mereka pakai.
Wah.. sial.. Pak Kades memaki pendek sambil menoleh ke arah Lia. Kita sebaiknya cari tempat berteduh Neng. Kebetulan rumah saudara saya ada di dekat sini.
Lia yang tidak tahu harus berbuat apa menghadapi situasi seperti ini tampaknya hanya bisa menurut. Mereka berlarian menyusuri jalan yang mulai becek oleh siraman air hujan yang makin lama makin lebat. Tak berapa lama mereka sampai di sebuah rumah kecil separo tembok dan separo kayu. Rumah itu terletak agak menjorok dan jauh dari rumah-rumah yang lain, bahkan bisa dibilang itulah rumah satu-satunya yang ada di sekitar situ. Agak jauh ke belakang rumah sudah berbatasan dengan hutan yang menjadi pembatas desa.
Keduanya basah kuyup saat masuk ke rumah itu. Rumah itu ternyata tidak dikunci. Pak Kades membimbing Lia masuk ke rumah kecil itu. Mereka memasuki ruang depan yang kecil dan suram karena jendelanya tertutup. Hanya ada sepasang kursi kayu dan sebuah meja kayu kusam di situ. Lantainya terbuat dari ubin dingin agak berdebu. Pak Jamal meraih lampu minyak di meja dan menyalakannya. Seketika ruangan jadi terang oleh nyala lampu.
Eh.. Pak Kades.. apa ada kain atau baju ganti buat saya? tanya Lia polos setelah menggigil karena bajunya yang basah kuyup. Pak Kades tidak langsung menjawab, dia untuk sesaat hanya memandangi Lia dengan tubuhnya yang indah sedang terbalut kaus basah, kaus itu begitu basahnya sehingga menempel di kulit Lia membuat kaus itu menjadi semi transparan sehingga Pak Kades bisa melihat lekuk tubuh Lia yang mulus. Selama beberapa detik Pak Kades memandangi tubuh Lia dengan sorot mata yang aneh.
Oh.. ya.. ada. Pak Kades menjawab, tapi suaranya menjadi berubah, tidak seperti suara Pak Kades yang asli, seolah Pak Kades sedang menahan sesuatu yang menggebu di dalam tubuhnya. Di dalam kamar situ. Pak Kades menunjuk kamar yang ada di sebelah ruang depan.
Tanpa berpikir panjang lagi Lia langsung bergegas masuk ke kamar itu. Kamar itu sempit dan sesak oleh sebuah ranjang kayu berlapis kasur usang berseprai usang yang warnanya sudah tidak jelas. Di dekatnya ada sebuah lemari kecil dari kayu yang sama usangnya. Lia melihat ada sebuah jendela dengan terali besi kokoh tepat di seberang pintu kamar. Tidak ada daun jendela di sana, hanya ada sebuah tirai tipis berwarna putih kekuningan, sinar matahari yang suram tertutup mendung menerobos masuk.
Lia mengaduk isi lemari usang itu. Di sana ditemukannya sebuah kemeja berwarna putih yang kelihatannya terlalu besar untuknya, dan itu adalah satu-satunya pakaian bersih yang ada di sana karena sisanya hanya kain-kain tua yang sudah bau apak.
Untuk sesaat dipandanginya kemeja itu seperti menimbang apakah cocok untuk dirinya. Kemudian tanpa memperhatikan kiri kanan, Lia mulai melepaskan kaus dan celana jinsnya yang sudah basah kuyup, sekarang hanya tinggal BH dan Celana dalam berwarna putih berenda-renda yang tampak sangat lembut. Sekujur tubuhnya yang seksi itu nyaris telanjang, payudaranya yang sekal dan padat terlihat menonjol dengan putingnya yang membayang di balik mangkuk BH nya, sementara pinggangnya yang ramping ditambah pinggul yang bulat padat bertemu membentuk segitiga yang tertutup celana dalam. Saat Lia baru saja akan memakai kemeja yang didapatnya di lemari, Tiba-tiba Pak Kades menyerbu masuk lalu menutup pintu dan menguncinya. Tubuh Lia saat itu masih terbalut bra dan celana dalam. Lia kaget bercampur marah.
"Ada apa, Pak? Saya kan baru ganti pakaian...?" katanya dengan nada melengking, campuran antara marah dan malu. Tapi Pak Kades menanggapinya dengan seringai liar.
"Tenang saja Neng... Bapak cuman pingin melihat keindahan tubuh Neng Lia dari dekat... Soalnya jarang sekali Bapak ketemu wanita secantikNeng Lia... Bapak hanya ingin lihat..." kata Pak Kades dengan kalem..
"Keluar Pak... Jika tidak saya akan berteriak..." jawab Lia sengit sambil menutup dengan kemeja di tangannya, belahan payudaranya yang menonjol dari sela-sela BH nya.
Ayolah Neng.. Jangan marah begitu... Silakan berteriak sekerasnya... Tidak ada yang akan menolong Neng Lia di sini...
Jangan Pak, Jangan.. Lia mundur menjauhi Pak Kades. Tolong Pak.. jangan sakiti saya..
Tenang Neng, Bapak tidak akan menyakiti Neng Lia kalau Neng Lia nurut sama Bapak, jawab Pak Kades masih dengan ketenangan yang sama seperti sebelumnya. Mendengar itu Lia benar-benar nekad melaksanakan ancamannya untuk berteriak, tapi Pak Kades menggelengkan kepala.
Percuma juga Neng teriak, tempat ini jauh dari mana saja. Kata Pak Kades. Lagipula kalau Neng teriak, apakah penduduk akan percaya pada Neng yang orang asing? Mereka tentu lebih percaya pada saya.
Hal inilah yang tidak diperhitungkan oleh Lia, seketika itu Lia menghentikan usahanya untuk berteriak.
Ma.. maksud Bapak...? Lia mulai gemetar.
Gampang saja kan Neng? Bapak bisa dengan mudah memutarbalikkan fakta, Bapak bisa saja menuduh Neng berbuat mesum di tempat terlarang. Mereka pasti lebih percaya pada Bapak, karena Bapak adalah Kepala Desa.
Lia seolah kehilangan keseimbangan, tubuhnya mendadak lemas, kakinya menjadi gemetar. Dia tidak berpikir sampai sejauh itu. Otaknya mendadak buntu oleh ketakutan dan kekalutan.
Bagaimana Neng..? tanya Pak Kades dengan senyum penuh kemenangan. Lia diam saja. Hatinya terasa sedih dan sakit. Pak Kades menganggap diamnya Lia sebagai tanda setuju, karena itulah dia segera meraih tangan Lia dan membawa Lia ke arah tubuhnya untuk dipeluknya. Lia terpaksa menurut karena tak bisa melawan. Dalam pelukan Pak Kades, Lia menangis membayangkan petaka yang akan ia alami. Tapi Pak Kades tidak mempedulikan tangisan Lia, dia meraih dagu Lia dan mengulum bibirnya yang kecil mungil. Lia berusaha mengatupkan bibirnya agar tidak bisa dikulum oleh Pak Kades. Namun segala upayanya sia-sia. Pak Kades mendekap tubuhnya dengan begitu erat. Secara spontan, gadis itu pun berusaha melepaskan dirinya. Apa daya, rontaan tubuh Lia di dalam pelukan Pak Kades malah menimbulkan kontak dan gesekan-gesekan dengan tubuhnya yang pada gilirannya malah semakin memberikan kenikmatan dan menaikkan birahinya.
Tiba-tiba dengan sekali sentakan Pak Kades berhasil menarik BH Lia sampai terlepas dari tubuhnya, Lia menjerit kecil, payudaranya yang bulat dan padat menggantung telanjang begitu menggairahkan. Bentuknya sangat bagus dan masih kenyal dengan puting susu yang merah segar.
Whuua..ternyata lebih indah dari yang Bapak bayangkan, mimpi apa Bapak bisa merasakan pentilnya gadis kota secantik Neng Lia.. pujinya ketika melihat payudara Lia yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi. Kini dengan leluasa tangannya yang kasar itu menjelajahi payudara Lia yang mulus terawat dengan melakukan remasan, belaian, dan pelintiran pada puting susunya. Pak Kades berganti-ganti melumat dan mengulum puting susu Lia . Lia mengejang mendapat perlakuan itu. Kesadarannya mulai hilang, dirinya sekarang sudah dikuasai oleh dorongan seks yang makin kuat. Lia selama ini belum pernah berhubungan dengan laki-laki sampai sejauh ini, dengan pacarnya dia hanya berani berciuman, karena itu mendapat perlakuan Pak Kades, desakan birahinya perlahan meledak.
Perlahan Pak Kades membaringkan tubuh Lia di atas kasur yang lusuh itu sambil terus meremas-remas kedua belah payudaranya. di hadapan Pak Kades sekarang tampak sepasang paha yang panjang dan mulus yang berakhir pada celana dalam putih berenda. Lalu dengan kasar Pak Kades menarik celana dalam Lia sampai lepas. Dan Lia sekarang benar-benar sempurna telanjang bulat terbaring di depan Pak Kades.Pak Kades memandangi kemulusan tubuh telanjang itu dengan takjub.
Ohh.. tidak Bapak sangka ternyata Neng Lia lebih cantik jika ditelanjangi seperti ini, kata Pak Kades dangan deru nafas memburu. Lalu Pak Kades mulai menelusuri sekujur tubuh telanjang itu dengan bibir dan tangannya. Bibir Lia yang merah segar tidak henti-hentinya dilumat sementara tangan Pak Kades tidak berhenti menggerayangi dan meremas payudara Lia. Pak Kades lalu menjilati bagian perut Lia yang rata dan licin. Kemudian dia membuka paha Lia lebar-lebar hingga terkuaklah liang vagina Lia yang licin tak berbulu. Rupanya Lia secara rutin selalu mencukur rambut kemaluannya.
Lalu Pak Kadespun mendekatkan wajahnya dan menyapu liang vagina itu dengan lidahnya yang panjang juga kasar. Lidah Pak Kades mencari klitoris yang ada di sela liang itu. Lisa masih terus menangis namun kini tubuhnya telah terbuka seluruhnya dan gairah yang dari tadi ia tahan akhirnya meledak juga.
Oohhh... aahhh... oohhhh .... aahssss... ehhsss... Tanpa sadar Lia mulai mendesah merasakan kenikmatan yang baru pertama kali dia rasakan. Pak Kades mengetahui Lia mulai terangsang makin buas menggeluti tubuh yang putih mulus itu. Dia mengangkangkan kaki Lia dan membenamkan wajahnya ke vagina Lia. Bibir dan lidahnya terus-menerus mengorek liang kemaluan Lia, sementara tangannya yang kekar dan berbulu meremas-remas payudara mulus Lia.
Oohh... Tak tahan lagi Lia akhirnya mengalami orgasme, tubuhnya mengejang sesaat sebelum akhirnya melemas lagi, dari vaginanya mengucur cairan bening kewanitaan.

Bersambung . . . .

Kunikmati saja di perkosa Pak RT

Aku masih ingat. Tahun 2007 silam aku diangkat sebagai Ketua RT oleh warga komplek di perumahan ku di Kelapa Gading Jakarta utara. Seperti biasa pekerjaan seorang ketua RT. Di lingkungan perumahanku yaitu menarik iuran keamanan dan kebersihan setiap bulannya. menyipan daftar warga dan membuat surat pengantar.

Tiga bulan lebih menjadi ketua RT, aku mulai tahu secara lengkap profil setiap wargaku. Dari usia, alamat, telephon maupun berapa jumlah anggota keluarganya. Eh ternyata di lingkungan komplekku banyak sekali Ibu2 mudanya mereka cantik dan sexy 2, usia antara 25-32 Thn. Setelah aku mempelajari data dan situasi.



Aku tertarik pada istri tetanggaku yang cantik,putih dan sexy. Ia benama Rani. Usianya baru 25 Thn dan belum mempunyai anak. Suami Rani seorang pengusaha kayu. Jarak usia Rani dan suaminya terpaut 13 Thn. Karena suaminya sering ke kalimatan, Rani sering sendiri. Dalam sebulan, suaminya paling hanya 2-2,5 minggu di rumah.

Dengan semangat 45 aku mengatur berbagai strategi agar aku harus mendapatkan / meniduri Rani istri tetanggaku, tepatnya akhir Maret lalu. Seperti biasa aku sengaja datang ke rumah Rani untuk menagih iuran keamanan dan kebersihan. Saat itu waktu menunjukkan pukul 18.00 WIB.

Aku mengetok pintu rumah Rani. setelah beberapa saat, pintu dibuka. Dan ternyata yang membukakan pintu Rani sendiri. "Eh, pak RT. Maaf lama bukakan pintunya.
karena pembantuku tidur dia sedang sakit katanya. Ada apa nih pak? Kok repot-repot datang ke sini sendiri?," tanya Rani, saat membukakan pintu. "Ayo masuk pak !!," ajaknya.

"Nggak, cuma mau menarik iuran kamsih aja kok. Suami sedang di kalimantan ya?," tanyaku.
"Iya nih mungkin lusa dia baru balik," jawabnya. "Kita ngobrol di ruang tengah aja ya karena AC di ruang tamu sedang rusak," sebutnya.
"Oya nggak apa-apa," jawabnya seraya duduk di sofa ruang keluarganya.

Saat itu Rani menggunakan daster transparan saat itu. sehingga BH dan CD nya yang berwarna hitam terlihat transparan aleh terangnya lampu ruang keluarga. Aku tidak konsentrasi saat itu.melihat paha yang putih mulus tepat didepan mataku. Kusodorkan kartu iuran agar di tanda tangani, ah saat itu Rani membungkuk dan terlihat jelas buah dadanya yang putih dan bulat dari balik dasternya.

Kami ngobrol kesana kemari dan waktu sudah menunjukan Pk.18.45. Yang ada dalam pikiranku saat itu bagaimana aku bisa mencumbu dan melumat buah dada Rani ukuran 36B dan segera ingin meremas dan mengemutnya. Pembicaraan semakin akrab, sampai mengarah pada masalah pribadi.

"Oya pak, aku ambilkan dulu uang iurannya di kamar. Bapak mau minum apa? Ambil aja sendiri di kulkas. Maklum pembantu sakit, pak," ujarnya.

setelah Rani masuk kekamar. Pikiran kotorku semakin menjadi jadi. aku berdiri dan nekad membuka pintu kamar Rani yang ternyata tidak dikunci. Rani masih di kamar mandi. Kututup pintu kamar dari dalam.

Setelah kulepas baju dan celana panjangku. Aku tinggal memakai CD. Beberapa detik kemudian Rani keluar dari kamar mandi hanya mengenakan BH hitam saja. Ia kaget melihat aku masuk ke kamar dan tidak mengenakan busana. Secepatnya aku langsung mendorong tubuh Rani ke ranjang. Dan langsung tubuhku menindihnya.
"Jangan pak, jangan pak. Sadar pak," mintanya sambil memberontak,"

Tanpa banyak bicara, aku langsung mencumbui Rani. Bibirnya yang mungil langsung ku lumat habis. Sekitar 4 menit kemudian, Rani ulai pasrah dan mulai menikmati cumbuanku.perlahan ciumanku turun kebawah.. akhrinya sampailah aku pada buah dada Rani yang masih tertutup oleh BH Triumph 36 B.

Tanganku kiri terus meremas payudara Rani yang putih,montok dan tertutup BH hitam , sedang tangan kananku menyusup dibawah punggung Rani untuk mencari dan membuka tali pengikat BH Rani.

Kutemukan pengkait BH nya dan kubuka pengkaitnya. Dengan posisi Rani yang masih tertindih dibawahku. kukepas BH nya kedepan.
"Jangan pak, jangan !! Aku sudah punya suami," harap Rani.

BH Rani sudah terbuka. Penisku spontan mengeras. Tatkala kulihat buah dada Rani yang montok, bulat dengan punting kecil berwarna pink yang mancung keatas. Langsung kusedot, dan ku permainkan punting Kecil Rani yang mancung dengan lidahku dan gigitan mesraku. secara bergantian yang kanan dan yang kiri.

Sambil tangan kananku terus membelai lembut vagina Rani yang ditumbuhi bulu2 jembi yang halus. bibir Vagina Rani cukup tebal sehingga jari jemari tangan kamanku semakin napsu untuk mem-permainkannya.

Setelah aku berhasil mencumbu payudara Rani dan tanganku aktif membelai dan menggosok Vaginanya. Rani mulai menimati permainanku. terbukti dengan desahan desahan Rani yang terdengan lirih di telingaku.

Cumbuanku terus ke bawah, melewati pusar dan terus 2. akhirnya sampailah bibirku pada Vagina atau bagian paling sensitif dari Rani. kucium bibir Vagina Rani yang sdh mulai membasah. OH.. vagina yang yang harum.! sangat berbeda dengan vagina istriku. kupermainkan bibir vagina Rani dengan bibir dan lidahku.. sekali kali kusedot sedot bibir vaginanya.

Kenapa ini ku sebut bagian sensitif dari Rani, karena saat ku cumbu Vaginanya desahan Rani tidak terdengar lirih lagi, Tapi semakin keras terdengar. dengan posisi kaki kanan dan kiri Rani menggelinjang kegelian. "Aahh.. Terus pak. Enak.!!!," desahnya.

Rani mulai terangsang hebat. Dia menarik kepalaku ke atas dan dia menciumiku dengan ganasnya. Gantian tangan kanan Rani memegani dan meremas remas MR P ku. yang semakin tegang. Kutarik tubuh Rani ke tepi ranjang, kurebahkan tubuhnya.

Sambil posisi berdiri kuantat sedikit pantat Rani agar aku mudah mengarahkan penisku ke Vaginanya. tanpa basa basi kutancapkan penisku ke vagina Rani yang masih sempit itu.
"AHH..!!!!," teriak Rani dengan mata terbelalak.

Penisku terus keluar masuk menghujani Vagina Rani yang semakin kian membasah, sambil sekali kali ku goyang goyangkan pantatku kekiri dan kekanan.
"OH.oh... Pak!! Terus-terus. Enak sekali pak," katanya.

Permainanku dengan Rani terus berjalan. dan berakhir setelah kutari penisku dan ku muntahkan cairan spermaku di dalam vaginanya. Aku terbaring lemas disamping tubuh Rani yang basah dengan keringat.
"Pak, kamu hebat!!," kata Rani padaku.
"Kamu juga hebat. Beda dengan istriku. Kamu tidak hanya Cantik, putih dan Sexy tapi juga menggemaskan dan menggairahkan dalam bercinta," kataku.
"Ah bisa aja pak," Rani tersenyum.

Rani mengaku, semenjak 1,5 tahun menikah dengan suaminya, belum pernah ia merasakan nikmat dan klimaks seperti saat ini. "Apa karena suamiku badannya kegemukan dan kecapaian ya pak? sehingga dia malas mencumbuiku bila kita mau berhubungan," tanyanya.

"Dia selalu menonton film blue sebagai pemanasan sebelum berhubungan denganku. Setelah dia terangsang, main tancap saja tanpa memperhatikanku dan mencumbuku terlebih dahulu. Aku terasa seperti pelacur yang tidak berhak untuk mendapatkan kenikmatan yang seimbang dalam bercinta. Meskipun secara materi aku terpenuhi." cerita Rani nanar habis mereguk kenikmatan.

"Tapi kita sudah berdosa pak. Kita menghianati pasangan kita masing2 kata Rani. kasihan juga istrimu," ingatnya.
"Aku juga tidak bahagia nikah dengan istriku. Istriku gendut dan tidak se sexy kamu. Kita bekomitmen bahwa hubungan ini hanya kita berdua yang tahu," mintaku.

Setelah itu aku memakai bajuku dan pulang ke rumah dengan tubuh yang segar. Kalau aku nggak buru2 pulang nanti bisa ketahuan tetangga yang lain karena waktu sudah menujukan jam 20.40 WIB. Nggak lucu kalau Aku ketahuan warga sebagai ketua RT.13 lama-lama di rumah Rani.

Sejak peristiwa tersebut, aku dan Rani sering mengentot. Bukan saja di rumahnya, semak-semak, bahkan kami sering menginap di hotel atau liburan keluar kota berdua. Rani sangat berkeinginan memiliki anak. Dan selama tiga bulan aku sering mengentotnya, dia pun hamil. Apakah anaknya seperti aku ya? Kita lihat saja nanti.

- TAMAT-